Romansa Bandung

Aki Tirem: Leluhurnya Raja-raja Sunda?

Situs Kerajaan Salakanagara

“Keberadaan tokoh Aki Tirem ini masih sering diragukan karena sumber satu-satunya terkait ketokohannya hanya bisa ditemui dalam naskah Pangeran Wangsakerta yang keakuratannya banyak diragukan Sejarawan.”

RomansaBandung.com – Mengawali perjalanan panjang mengenai sejarah Jawa Barat kita tak dapat mengabaikan seorang tokoh bernama Aki Tirem, konon darinyalah awal mula kemunculan peradaban di Jawa bagian barat.

Meskipun keberadaan tokoh Aki Tirem ini masih sering diragukan karena sumber satu-satunya terkait ketokohannya hanya bisa ditemui dalam naskah Pangeran Wangsakerta yang keakuratannya banyak diragukan Sejarawan.

Mendirikan Kerajaan Salakanagara

Dalam hikayatnya, Aki Tirem menyuarakan kebijaksanaan sebagai Penghulu yang menguasai pesisir Jawa Barat bagian barat, sebuah peran yang dihormati seiring berjalannya waktu.

Dikenal juga sebagai Aki Luhur Mulya, cerita keberadaannya dirangkai erat dengan putri yang anggun, Pohaci Larasati, yang kelak menjadi pujaan Sang Dewawarman.

Saat Aki Tirem meninggalkan dunia, panggung kepemimpinan tak henti berdentum. Sang Dewawarman melangkah sebagai penerus warisan, dengan namanya merangkum harmoni makna: Prabu Darmalokapala Dewawarnan Haji Raksa Gapura Sagara.

Pohaci Larasati, cinta sejati Dewawarman, beranjak menjadi permaisuri megah dengan sebutan Dewi Dwani Rahayu.

Kerajaan yang ditinggalkan oleh Aki Tirem tumbuh menjadi Salakanagara, nama yang menggemakan makna “negeri perak” dan berpusat di Rajatapura.

Kisah ini tak terpaut dari jejak-jejak sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan kejayaan.

Salakanagara dalam berita asing

Jejak kerajaan ini terukir dalam catatan berita Cina dari Dinasti Han.

Di tahun 132 M, utusan dari “Raja Yeh Tiao-pien” sampai ke tanah Cina, dengan kabar dari Yawadwipa atau Yabadiu, yang tak lain adalah Pulau Jawa.

Dalam harmoni linguistik, Yeh Tiao-pien dengan berani diartikan sebagai Dewawarman.

Kisah Salakanagara juga muncul dalam naskah Geographia, karya Claudius Ptolemaeus, seorang maestro bumi asal Mesir.

Di sini, ia mengukir peta ilmu di tahun 150 M, menyuarakan dunia timur dengan Iabadiou, tempat subur yang memancarkan harta berharga seperti emas.

Di ujung barat Iabadiou, Argyre bercahaya seperti perak, tak lain dari pulau Jawa.