Apa Saja Yang Dilakukan Oleh Sukarno di Bandung?
RomansaBandung.com – Jadi Sob… tahu enggak selama dekade tahun 20-an dan awal tahun 30-an, Sukarno yang kelak jadi Presiden Pertama Indonesia sempat tinggal dan menetap di Bandung.
Di kota ini awalnya Sukarno hanya menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu di Technische Hooge School (THS) yang kini jadi ITB.
Tapi dunia pergerakan nasional saat itu tengah ramai-ramainya. Apalagi banyak para tokoh pergerakan itu tinggal dan beraktivitas di Bandung memicu Sukarno muda untuk turut ambil bagian di dalamnya.
Di artikel kali ini mimin akan bahas buat kamu mengenai apa saja yang dilakukan oleh Sukarno di Bandung.
Berkuliah di Technische Hooge School (THS)
Soekarno tiba di Bandung sekitar tahun 1921 setelah sebelumnya menghabiskan pendidikan menengahnya di kota Surabaya. Setibanya di kota ini Sukarno langsung mendaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil di Technische Hoogeschool (THS).
Dia berhasil diterima dan menjadi sedikit pribumi yang mendapat kesempatan bersekolah disana.
Selama masa kuliahnya di Bandung Sukarno ikut menginap di rumah Haji Sanusi seorang tokoh Sarekat Islam Bandung. Disini dia sering berinteraksi dengan para tokoh pergerakan nasional seperti Ki Hadjar Dewantara, Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.
Menikahi Inggit Garnasih
Saat pertama kali tiba di Bandung Soekarno turut serta membawa istrinya yang bernama Oetari, putri dari Ketua Central Sarekat Islam (CSI), HOS Tjokroaminoto.
Namun Soekarno merasakan tidak adanya pertalian batin diantara dia dan Oetari. Soekarno kemudian memutuskan untuk menceraikan Oetari dan memulangkannya ke Surabaya.
Di saat bersamaan rumah tangga Haji Sanusi dan istrinya Inggit Garnasih tengah diambang perceraian. Tak lama kemudian mereka bercerai.
Soekarno dan Inggit yang kini telah menjadi duda dan janda lantas memutuskan untuk menikah di tahun 1923.
Mendirikan Algemeene Studie Club
Semenjak menginap di rumah Haji Sanusi yang kemudian menjadi rumah tinggalnya bersama istri barunya Inggit Garnasih.
Soekarno kian intens berinteraksi dengan kalangan tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia. Oleh karena itu di tahun 1926 dia mendirikan Algemeene Studie Club.
Pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI)
Para anggota perkumpulan Algemeene Studie Club lantas berinisiatif untuk mendirikan sebuah partai politik bernama Partai Nasional Indonesia di tahun 1927.
Partai Nasional Indonesia atau PNI secara tegas tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Hindia-Belanda dan mengingikan kemerdekaan Indonesia secepatnya.
Soekarno sebagai motor penggerak partai bergerilnya mengintari penjuru kota Bandung menghadiri setiap rapat umum partai dan berpidato secara berapi-api di tengah lautan massa yang hadir.
Pemerintah Hindia-Belanda yang semakin gusar dengan aktivitas PNI lalu menangkap keempat pemimpinnya yakni Soekarno, Maskoen Soemadiredja, Gatot Mangkoepraja dan Soepriadinata di Yogyakarta dan menjebloskan mereka ke penjara Banceuy.
Pledoi Indonesia Menggugat
Selama dipenjara Soekarno menyiapkan pledoi pembelaannya yang dia beri nama “Indonesia Menggugat”. Di tahun 1930 pledoi pembelaan itu dibacakan di persidangan.
Isi pledoi itu sangat luar biasa sebab Soekarno secara lugas mampu menerangkan segala akibat dan dampak kolonialisme dan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.
Walaupun pembelaannya cukup masuk akal tapi hakim menghukumnya dengan kurungan 4 tahun penjara. Namun di tahun 1931 dia kembali bebas.