Bagaimana Akhir dari Kerajaan Padjajaran?
RomansaBandung.com – Setelah kematian Maulana Hasanuddin pada tahun 1570, pemerintahan Kesultanan Banten dipegang oleh Maulana Yusuf.
Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Banten terus meluaskan wilayahnya dengan melakukan ekspansi ke pedalaman Sunda.
Puncak dari ekspansi ini adalah penaklukan terhadap Pakuan Pajajaran dan Pulasari pada tahun 1579.
Maulana Yusuf mengambil langkah-langkah untuk memperluas pengaruh Kesultanan Banten baik secara wilayah maupun agama.
Ini mengakhiri pemerintahan Kerajaan Sunda di wilayah Jawa Barat dan memungkinkan penyebaran lebih luas dari agama Islam di kawasan tersebut.
Proses penaklukan melibatkan banyak penguasa dan alim ulama yang mendukung Sultan Maulana Yusuf.
Dibawanya Batu Palangka Sri Wacana, Singgasana Raja Sunda
Penaklukan Pakuan Pajajaran juga menandai berakhirnya era Kerajaan Sunda.
Salah satu buktinya adalah Palangka Sriman Sriwacana, singgasana raja Sunda, yang dibawa dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Tindakan ini tidak hanya memiliki konotasi politik, tetapi juga simbolis karena bertujuan agar Pakuan tidak lagi dapat menobatkan seorang raja baru.
Maulana Yusuf mengklaim bahwa ia memiliki hak sah untuk meneruskan kekuasaan Sunda karena ia memiliki ikatan keluarga dengan trah kerajaan Sunda.
Klaim Maulana Yusuf ini merujuk pada eyangnya Sunan Gunung Djati yang merupakan anak dari Nyi Subang Larang salah seorang putri Sri Baduga Maharaja, Raja Padjajaran.
Para Pelarian Padjajajaran
Setelah penaklukan terhadap Pakuan Pajajaran, beberapa individu dari istana diperkirakan pindah dan menetap di daerah Lebak.
Mereka mengadopsi pola hidup yang ketat dan tata cara mandala yang kemudian dikenal sebagai kelompok orang Baduy.
Tapi pendapat ini sendiri masih banyak dipertentangkan.
Di saat bersamaan saat pasukan Banten menyerbu ibu kota Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran, beberapa anggota kerajaan lainnya berhasil melarikan diri dan berhasil menyelamatkan mahkota kerajaan.
Mahkota tersebut kemudian dibawa ke Sumedanglarang dan diberikan kepada Prabu Geusan Ulun dengan harapan agar warisan dan keberlanjutan Kerajaan Sunda dapat dilanjutkan di bawah kepemimpinannya.