Bagaimana Asal Usul Suku Betawi yang mendiami Wilayah Jawa Barat Utara?
RomansaBandung.com – Jakarta, yang dahulu dikenal dengan nama Sunda Kalapa dan kemudian Jayakarta, menyimpan sejarah panjang yang membentuk identitas kulturalnya, termasuk munculnya Suku Betawi.
Asal-usul Suku Betawi adalah sebuah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan pertemuan berbagai budaya, penaklukan, dan asimilasi yang terjadi selama berabad-abad.
Bermula dari Pembauran Beragam Bangsa di Batavia
Pada tahun 1512, sebuah perjanjian penting dibuat antara Surawisesa, raja Kerajaan Pajajaran, dengan bangsa Portugis.
Perjanjian ini memungkinkan Portugis untuk membangun komunitas di Sunda Kalapa, pelabuhan strategis di pantai barat laut Jawa.
Dari komunitas Portugis inilah terjadi perkawinan campuran antara penduduk lokal dan bangsa Portugis, menghasilkan generasi berdarah campuran yang membawa pengaruh budaya Eropa.
Salah satu warisan dari komunitas ini adalah musik keroncong, yang kini dikenal sebagai Keroncong Tugu.
Tidak lama setelah Portugis membangun komunitasnya, Kesultanan Demak merebut Sunda Kalapa dari koalisi Pajajaran dan Portugis, dan mengubah namanya menjadi Jayakarta, yang kemudian dikenal sebagai Jakarta.
Setelah penaklukan ini, dimulailah proses islamisasi di kawasan ini. Masyarakat Jayakarta mulai mengadopsi budaya dan bahasa Jawa, mirip dengan kota-kota pesisir lainnya seperti Serang, Indramayu, dan Cirebon.
Pengaruh Jawa ini meninggalkan jejak mendalam dalam kosakata dan budaya Suku Betawi, yang terlihat hingga kini.
Dengan berdirinya Batavia sebagai pusat perdagangan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk menggerakkan roda perekonomian.
VOC mengimpor pekerja dan budak dari berbagai daerah, termasuk Bali.
Praktik perbudakan ini meninggalkan pengaruh Bali dalam bahasa dan budaya Betawi.
VOC juga mengharuskan penggunaan bahasa Melayu pasar, yang mengarah pada pembentukan bahasa kreol Melayu yang kemudian dikenal sebagai bahasa Betawi.

Munculnya identitas Masyarakat Betawi
Pembentukan identitas Suku Betawi secara formal mulai tercatat pada abad ke-19.
Penelitian Lance Castles dalam “The Ethnic Profile of Jakarta” menyebutkan bahwa orang Betawi terbentuk pada pertengahan abad ke-19 dari proses peleburan berbagai kelompok etnis yang menjadi budak di Batavia.
Data dari catatan harian Belanda, sensus penduduk, dan penelitian lain menunjukkan bahwa identitas Betawi mulai menguat ketika berbagai kelompok etnis dari seluruh Nusantara serta bangsa Arab dan Moor mulai terserap ke dalam kelompok penduduk pribumi Batavia.
Meskipun Suku Betawi mulai diakui sebagai kategori etnis pada sensus tahun 1930, kesadaran sebagai orang Betawi belum sepenuhnya mengakar.
Banyak penduduk yang masih mengidentifikasi diri berdasarkan lokasi tempat tinggal mereka. Kesadaran sebagai kelompok etnis Betawi mulai menguat pada tahun 1923 dengan berdirinya Pemoeda Kaoem Betawi oleh Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi.
Pada masa ini, Betawi mulai diakui sebagai entitas sosial dan politik yang signifikan.
Sejak kemerdekaan Indonesia, Jakarta menjadi magnet bagi imigran dari seluruh penjuru Nusantara. Penduduk Betawi, yang dahulu mayoritas, kini menjadi minoritas di kotanya sendiri.
Meskipun demikian, asimilasi dan interaksi dengan berbagai suku bangsa terus berlangsung, menjadikan Betawi sebagai simbol dari identitas Jakarta yang multikultural.