Romansa Bandung

Bagaimana Kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bisa dengan cepat menyebar di Bandung?

“Para pemuda Bandung yang bekerja sebagai wartawan dan penyiar radio memainkan peran signifikan dalam tersebarnya berita proklamasi kemerdekaan.”

RomansaBandung.com – Tepatnya 77 tahun yang silam, terjadi peristiwa heroik yang mengukir kisah baru dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda Bandung, dengan semangat yang berkobar, merangkai upaya dan keberanian mereka untuk menyiarkan kabar kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda Bandung yang bekerja sebagai wartawan dan penyiar radio memainkan peran signifikan dalam tersebarnya berita proklamasi kemerdekaan.  

Tersebarnya Berita Proklamasi di Bandung dan Hambatan Jepang

Sosok Sakti Alamsyah boleh dibilang sebagai pionir pertama yang dengan lantang membacakan teks proklamasi di Studio Radio Hoso Kyoku, Bandung, yang terletak di Jalan Lapangan Tegallega Timur (yang kini dikenal sebagai Jalan Moch Toha Dalam II).

Kabar proklamasi ini tak terbatas dalam batas dinding studio radio Hoso Kyoku. Kabar berharga tersebut menembus udara dan tiba di kantor Domei Bandung melalui gelombang radio pada tengah hari. 

Tanpa menunggu waktu yang lama, kabar berharga ini dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Kota Bandung.

Namun, menyebarnya berita proklamasi membawa kekhawatiran dari pihak Jepang. 

Apalagi saat itu sebagai negara yang kalah perang mereka diminta oleh tentara sekutu sebagai pemenang perang untuk menjaga status quo. 

Oleh karenanya hanya dalam waktu satu jam setelah pengumuman proklamasi, mereka cepat tanggap dengan menutup kantor Domei.

Di sisi lain, surat kabar Tjahaya yang didukung oleh pihak Jepang segera melakukan pengawasan ketat terhadap berita-berita yang hendak diterbitkan.

Gedung De Drikleur bekas kantor berita Domei Bandung

Meskipun peran media cetak terhambat, semangat tak terbendung dari para wartawan muda Bandung.

Mereka dengan inisiatif luhur mencoba merentangkan berita melalui poster-poster yang dipasang di luar gedung. 

Namun, cobaan datang tanpa aba-aba saat pasukan Jepang menggusur poster-poster tersebut, mencoba memadamkan gejolak semangat yang berkobar.

Namun, semangat tak bisa direndahkan begitu saja. Pada pukul tujuh malam, para pemuda Bandung kembali nekat menyiarkan berita proklamasi melalui gelombang siaran radio. 

Dengan gagah berani, berita proklamasi merambat di udara dengan durasi satu jam, dengan penuh kebanggaan disampaikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 

Suara mereka membangkitkan semangat baru, menerjang dinding-dinding yang hendak menahan kemerdekaan.