Bagaimana Peristiwa Bandung Lautan Api Bisa Terjadi?
RomansaBandung.com – 24 Maret 1946 Bandung seakan-akan telah meledak. Jilatan Api dan kepulan asap menghiasi jalanan hingga tepian sudut kota. Langit Bandung seketika memerah. Dentuman keras suara dinamit dan bom meletup dimana-mana silih berganti tiada hentinya. Kota Bandung yang indah dan permai sudah tiada lagi kelihatan rupanya. Seluruhnya telah tergantikan oleh kehancuran.
Suasana di atas hanyalah sedikit imajinasi penulis membayangkan betapa luar biasanya kejadian di tanggal itu. Kejadian yang kemudian kita kenal sebagai Peristiwa Bandung Lautan Api. Salah satu peristiwa heroik selama perjuangan revolusi kemerdekaan Indonesia.
Lantas bagaimana peristiwa Bandung Lautan Api bisa terjadi dan apa yang melatarbelakangi peristiwa itu? Untuk menjawabnya kita perlu menarik kembali keterhubungan peristiwa Bandung Lautan Api dengan Revolusi Kemerdekaan Indonesia yang berlangsung selama 4 tahun dari 1945 hingga 1949.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Datangnya Pasukan Sekutu
17 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia ditengah kosongnya kekuasaan akibat kekalahan Jepang di Perang Dunia II. Sekutu yang menang perang belum tiba di Indonesia. Kemerdekaan tentu saja membawa rakyat Indonesia pada pengharapan kehidupan yang lebih baik.
Ratusan tahun berada dalam cengkaraman Belanda dan 3.5 tahun di bawah penindasan rezim militer Jepang menyadarkan rakyat Indonesia sepenuhnya bahwa kemerdekaan adalah suatu keniscayaan untuk membebaskan hidup mereka. Oleh karena itu sangat perlu sekali mereka mempertahankannya.
Di bulan September 1945 pasukan Sekutu yang terdiri dari serdadu Britania dan sekelompok kecil pegawai administrasi kolonial Belanda tiba di Indonesia. Niat awal mereka hanyalah membebaskan tawanan perang sekutu yang diinternir Jepang. Tapi itu hanyalah kedok topeng semata untuk menutupi niat mereka yang sesungguhnya.
Di Bandung para tawanan sekutu banyak tersebar di kamp-kamp interniran Jepang seperti di Cikudapateuh, Cihapit dan Cimahi. Setibanya di Bandung pasukan sekutu membebaskan mereka. Disinilah selubung kedok jahat sekutu mulai ketahuan. Ternyata para tawanan ini tidak hanya dibebaskan tapi malahan mereka dipersenjatai terutama mereka-mereka bekas anggota serdadu KNIL.
Pecah Pertempuran
Para tawanan yang telah dibebaskan dan dipersenjatai sekutu mulai bertindak arogan. Mereka sering bertindak semena-mena kepada rakyat dan para pejuang Bandung. Rakyat dan para pejuang yang marah dan kesal akhirnya menyerbu markas militer sekutu di Hotel Homann dan Grand Preanger di bulan November 1945.
Sekutu yang marah membalas serangan para pejuang Bandung dan mengultimatum Gubernur Jawa Barat untuk mengosongkan Bandung Utara. Namun tetap saja sering pecah pertempuran di antara Tentara Republik Indonesia dan para milisi pro-Republik melawan Tentara Sekutu.
Di bulan Maret 1946 lagi-lagi sekutu mengeluarkan utimatum kali ini yang ditunjukkan kepada pemerintah RI di Jakarta. Sekutu meminta para pejuang Republik untuk memundur sejak 11 km meninggalkan kota Bandung. Jika permintaan itu tidak dipenuhi Inggris akan mengerahkan seluruh armada perangnya dengan kekuatan penuh.
Silang Perintah Pemerintah RI dan Panglima Angkatan Perang
Pemerintah RI yang khawatir terjadinya pertumpahan darah dan terus berjatuhannya korban jiwa meminta para pejuang republik untuk menuruti permintaan sekutu. Namun perintah mundur itu ditentang keras oleh Staf Angkatan Perang di Yogyakarta, panglima besar Jenderal Sudirman meminta para pejuang Bandung untuk mempertahankan mati-matian setiap jengkal tanah dan wilayahnya.
Tentu saja ketidaksepakatan antara pemerintah RI dan Angkatan Perang Republik ini memicu kebingungan di tubuh para pejuang Bandung. Mereka dilema apakah harus menuruti pemerintah RI atau Panglima Angkatan Perang. Kolonel A.H Nasution selaku komandan TKR di Bandung kala itu mengumpulkan seluruh pejuang dalam suatu musyawarah.
Hasilnya disepakati bahwa para pejuang Bandung akan menuruti pemintaan pemerintah RI. Namun mereka tetap saja tidak rela menyerahkan Bandung secara cuma-cuma kepada sekutu. Para pejuang lantas berinisiatif untuk membakar kota Bandung saat mereka meninggalkan kota itu agar sekutu tidak bisa mempergunakannya lagi.
Maka di tanggal 24 Maret 1946 para pejuang republik membakar dan mengosongkan kota sepenuhnya. Sementara rakyat membakar rumah-rumah milik mereka sendiri. Rakyat dan para pejuang lalu meninggalkan Bandung menuju kawasan selatan kota itu.