Bahasa Sunda Banten: Kearifan Lokal yang Menguat di Wilayah Banten
RomansaBandung.com – Bahasa Sunda Banten atau juga dikenal sebagai dialek Barat dari Bahasa Sunda, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat di sebagian besar wilayah Provinsi Banten.
Dialek ini mencerminkan warisan berharga dari Bahasa Sunda Kuno, dengan mempertahankan banyak kosakata khas yang membedakannya dari dialek Priangan yang lebih umum.
Warisan Bahasa Sunda Kuno yang Masih Terselip
Bahasa Sunda Banten diwarisi langsung dari Bahasa Sunda Kuno, ditandai dengan keberadaan kosakata klasik yang masih digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Perbedaan leksikal dengan dialek Priangan, yang lebih berkembang, menunjukkan keunikan Bahasa Sunda Banten dalam masyarakat di sekitar Provinsi Banten.
Distribusi dan Pemakaian Bahasa
Penggunaan Bahasa Sunda Banten meluas di wilayah Banten, termasuk Kabupaten Lebak dan Pandeglang, serta di sejumlah kecamatan di Kabupaten Serang dan Kota Serang.
Bahasa ini juga dapat ditemui di sebagian wilayah Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, bahkan melintasi batas provinsi hingga bagian barat Kabupaten Bogor di Jawa Barat.
Pemertahanan Melalui Media dan Pendidikan
Bahasa Sunda Banten tetap dijaga keberadaannya melalui media lokal seperti program berita “Beja ti Lembur” yang disiarkan di televisi lokal di wilayah Banten.
Selain itu, dialek Banten juga dijadikan standar pengajaran Bahasa Sunda di sekolah-sekolah wilayah provinsi Banten.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk memelihara dan mewariskan kekayaan bahasa dan budaya lokal kepada generasi muda.
Karakteristik Bahasa Sunda Banten
Dialek ini memiliki ciri khas dalam kosakata dan tata bahasa sehari-hari.
Beberapa perbedaan dengan Bahasa Sunda Priangan dapat dilihat dari contoh-contoh kata dan kalimat yang berbeda dalam kedua dialek ini.
Misalnya, penggunaan kata “jasa” (sangat) sebagai pengganti “pisan”, atau kata “doang” yang sering digunakan dalam Bahasa Sunda Banten.
Karya Sastra dan Keberlangsungan Bahasa
Beberapa sastrawan, seperti Hadi AKS dari Pandeglang, sering menggunakan kosakata khas dialek Banten dalam karya-karya sastranya. Hal ini menunjukkan pentingnya pemeliharaan bahasa daerah sebagai bagian integral dari warisan budaya yang terus hidup dan berkembang.
Bahasa Sunda Banten bukan hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga sebuah jendela yang membuka pandangan akan kekayaan budaya dan sejarah masyarakat di wilayah tersebut. Dengan memahami dan memelihara bahasa ini, kita turut menjaga keberagaman bahasa dan identitas lokal yang berharga bagi kemajuan dan keberlanjutan kehidupan masyarakat Banten.