Romansa Bandung

Balik Bandung: Ketika Sepak Bola Menjadi Sebuah Seni Akrobatik

(FB: Persib Bandung)

“Di panggung sepak bola modern, teknik ini dikenal sebagai tendangan salto, bicycle kick, scissor kick, atau overhead kick.”

RomansaBandung.com – Bagi para pecinta sepak bola di Bandung dan Jawa Barat, istilah “Balik Bandung” bukanlah sekadar nama tendangan biasa.

Teknik ini adalah kombinasi dari keberanian, keterampilan, dan sedikit keberuntungan—sebuah keajaiban sepak bola yang bisa membuat penonton terpana dan lawan tercengang.

Di panggung sepak bola modern, teknik ini dikenal sebagai tendangan salto, bicycle kick, scissor kick, atau overhead kick.

Namun, di tanah Parahyangan, ia memiliki nama yang jauh lebih lokal dan personal: Balik Bandung.

Asal Usul Balik Bandung

Balik Bandung mungkin baru menjadi fenomena populer di sepak bola modern, tetapi sejarahnya sebenarnya sudah panjang dan menarik.

Meskipun di Brasil teknik ini terkenal setelah Leonidas da Silva mempopulerkannya pada tahun 1932 dengan sebutan “Bicicleta”, Bandung memiliki kisahnya sendiri.

Di Indonesia, tendangan akrobatik ini pernah menjadi sorotan ketika Widodo C. Putro mencetak gol spektakuler dengan bicycle kick ke gawang Kuwait pada Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab.

Gol ini bukan hanya mencatatkan namanya dalam sejarah sepak bola Asia, tetapi juga memperkenalkan gaya tendangan yang memukau ini ke khalayak yang lebih luas.

Namun, pertanyaannya tetap, mengapa di Bandung teknik ini disebut “Balik Bandung”? Jawabannya kembali ke masa kejayaan Persib Bandung di era 1960-an.

Max Timisela, salah satu pemain legendaris Persib pada masa itu, sering mempraktekkan tendangan salto ini di lapangan.

Bagi Bobotoh—pendukung setia Persib—aksi Timisela tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga simbol dari kehebatan dan kreativitas pemain Persib.

Di level nasional, Max Timisela tidak sendirian.

Dia mempunyai rekan setim yang juga ahli dalam tendangan ini, yaitu Soetjipto Soentoro.

Kedua pemain ini berhasil mempopulerkan gaya tendangan akrobatik di kancah sepak bola Indonesia.

Bagi mereka, Balik Bandung bukan sekadar teknik, melainkan seni mempertahankan diri dan menyerang lawan dengan cara yang paling tidak terduga.

Berawal dari Seni Bertahan

Menariknya, tendangan Balik Bandung sebenarnya lebih dikenal sebagai jurus pamungkas pertahanan, bukan untuk menyerang.

Bayangkan situasinya: seorang pemain berada di daerah pertahanan, bola sudah melewati bagian belakang tempat ia berdiri, dan dalam sekejap mata, ia melompat, membalikkan tubuhnya, dan mengirim bola meluncur ke arah lawan dengan cara yang sangat tak terduga.

Dalam sekejap, situasi bertahan berubah menjadi peluang menyerang.

Filosofi di balik tendangan ini sangatlah menarik. “Bertahan itu sama dengan menyerang,” sebuah kalimat yang terdengar seperti petuah dari seorang master bela diri.

Dalam tendangan Balik Bandung, pemain membelakangi lawan, tetapi justru bola meluncur ke depan, mengecoh lawan dan membuat mereka tidak siap.

Balik Bandung bukan hanya sebuah tendangan, melainkan juga simbol dari kreativitas dan keberanian para pemain sepak bola Bandung.

Ia mengajarkan kita bahwa dalam permainan, seperti dalam hidup, kadang-kadang kita perlu membalikkan keadaan dengan cara yang tidak terduga.

Saat lawan berpikir kita mundur, justru saat itulah kita melangkah maju dengan strategi yang mengejutkan.

Jadi, setiap kali Anda melihat seorang pemain melakukan tendangan salto atau bicycle kick, ingatlah Balik Bandung.

Ini lebih dari sekadar teknik—ini adalah warisan dari sepak bola Bandung yang penuh semangat, penuh kejutan, dan tentu saja, penuh hiburan. Dengan Balik Bandung, sepak bola menjadi lebih dari sekadar permainan; ia menjadi sebuah seni yang memukau, sebuah pertunjukan yang tak terlupakan.