Benarkah Bahasa Jawa Mempengaruhi Bahasa Sundanya Orang Bandung?
RomansaBandung.com – Mungkin sobat Bandung sekalian kadang merasa heran dengan begitu besarnya perbedaan bahasa Sunda yang ada di wilayah kawasan Priangan khususnya Bandung dan Bahasa Sunda yang dipertuturkan di kawasan Banten dan sekitarnya.
Orang Bandung khususnya dalam hal ini bahkan sering menganggap bahasa Sunda di kawasan Banten sebagai bahasa Sunda kasar. Sementara bahasa Sunda di kawasan mereka sebagai bahasa Sunda halus.
Hal ini terjadi lantaran bahasa Sunda di kawasan Banten sama sekali tidak pernah mengenal undak usuk bahasa yang populer di kawasan Priangan. Maka tidaklah mengherankan dalam bahasa Sundanya orang Banten tidak ada tingkatan dalam bertutur bahasa Sunda.
Sobat romansa admin yakin pasti keheranan kok… bisa terjadi padahal kan mereka masih sama-sama orang Sunda. Tapi kok… bisa beda. Untuk menghilangkan rasa keheranan sobat romansa. Baiklah mimin akan cerita nih… awal mula kisah perbedaan bahasa di antara dua dialek tersebut.
Pengaruh Kesultanan Mataram Islam
Kisah bermula saat Kesultanan Mataram Islam bangkit sebagai salah satu kesultanan Islam terkuat di Tanah Jawa. Wilayah kesultanan ini awalnya hanya meliputi wilayah Yogyakarta dan Surakarta kini.
Namun semenjak seorang Sultan yang kuat bernama Sultan Agung naik ke singgasana kekuasaan. Kesultanan ini menjadi ekspansionis dan menaklukan wilayah-wilayah di sekitarnya.
Wilayah Jawa Barat saat itu terpecah-pecah dan menjadi rebutan tiga kerajaan Islam yakni Kesultanan Cirebon, Kerajaan Sumedang Larang dan Kesultanan Banten. Akibatnya wilayah Jawa Barat menjadi begitu lemah dan hal ini membangkitkan hasrat Sultan Agung untuk menaklukan wilayah ini.
selama 1613 hingga 1620 Cirebon dan Sumedang Larang menyatakan tunduk pada sultan Agung. Hanya tersisa Banten yang masih merdeka dan pada akhirnya sama sekali tidak pernah dikuasai oleh Kesultanan Mataram.
Sultan Agung membagi Jawa Barat ke dalam dua wilayah. Sebagian wilayah di bawah pengawasan Sultan Cirebon, sedangkan sebagiannya lagi berada diserahkan kepada seorang Bupati Wedana bergelar Dipati Ukur. Dipati sendiri adalah sebuah gelar bupati di masa lalu. Sementara Ukur wilayah kini berada di kawasan Pacet, Kabupaten Bandung.
Namun saat serangan besar ke Batavia di tahun 1628-1629 mengalami kegagalan Dipati Ukur memilih memberontak pada Sultan Agung. Akibatnya dia ditangkap dan dihukum mati. Sultan Agung yang khawatir pada timbulnya kembali pergolakan di Jawa membagi wilayah itu ke dalam beberapa kabupaten termasuk kabupaten Bandung.
Dari sinilah permulaan pengaruh Bahasa Jawa menjadi begitu menguat di Jawa Barat.
Bahasa Sunda di Priangan Menjadi Memiliki Tingkatan
Sistem Pemerintahan Mataram yang sentralistik dimana segala kekuasaan berpusat di tangan Raja menjadikan adanya semacam piramida bertingkat dimana Raja berada di atas puncak sendirian. Hal ini sangat berpengaruh ke dalam penggunaan Bahasa Jawa di keraton Mataram. Dimana Bahasa Jawa di tempat itu memiliki sistem tingkatan penggunaan bahasa yang berbeda-beda.
Kebetulan di saat bersamaan sebagian wilayah Jawa Barat khususnya daerah Priangan berada dalam genggaman kekuasaan sultan Mataram. Akibatnya Bahasa Sunda orang Priangan khususnya orang Bandung menjadi sama-sama memiliki tingkatan yang kemudian dikenal sebagai undak-usuk bahasa.
Dalam undak usuk bahasa ini ada dua tingkatan bahasa Sunda yakni bahasa hormat dan loma. Bahasa hormat pun terbagi dalam dua jenis yakni untuk diri sendiri atau (sorangan) dan untuk orang lain (jang batur). Sementara bahasa Loma bahasa untuk orang-orang yang sudah akrab atau berada di bawah sang penutur.
Contohnya kata masuk atau asup dalam bahasa Sunda menjadi berbeda andai diucapkan pada orang yang lebih tua. Kata itu akan berubah menjadi lebet. Begitu juga apabila ditujukan pada diri kita sendiri kata itu tetap menjadi lebet. Tapi apabila pada orang yang berada di bawah kita secara umur atau derajat juga orang itu sudah akrab. Maka kata yang selayaknya diucapkan ialah asup.
Di kawasan Banten dan sekitarnya undak usuk bahasa ini sema sekali tidak dikenal, sebab musababnya adalah Banten dulunya memiliki Kesultanan Mandiri yang cukup kuat bernama Kesultanan Banten dan Mataram Islam tidak pernah mampu menaklukan Banten walaupun mereka berambisi untuk itu.
Itulah mengapa bahasa Sunda di kawasan Priangan dan Banten menjadi cukup berbeda.