Romansa Bandung

Cigondewah: Inilah Transformasi Terbaru! Kampung Tekstil Kota Bandung

Cigondewah

“Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Kampung Tekstil Cigondewah sebagai Kampung Kreatif Wisata.”

RomansaBandung.com – Pusat tekstil Cigondewah, yang juga dikenal sebagai Kawasan Tekstil Cigondewah (KTC), secara resmi telah diumumkan sebagai salah satu Kampung Kreatif Wisata Kota Bandung.

Keputusan ini dibuat bersama dengan empat kampung wisata kreatif lainnya, yang saat ini terletak di Braga, Cigadung, Binong Jati, dan Cinambo.

Pemerintah Kota Bandung telah menetapkan Kampung Tekstil Cigondewah sebagai Kampung Kreatif Wisata. 

Penetapan ini akan menjadi pendorong bagi pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam mengembangkan potensi sumber daya tekstil di wilayah tersebut.

Kampung Wisata Kreatif

Pemerintah Kota Bandung berupaya untuk memasukkan KTC ke dalam paket-paket wisata belanja Kota Bandung.

Selain itu ada upaya untuk melakukan kerja sama dengan Kabupaten Bandung Barat.

Tujuannya adalah untuk mendorong perkembangan pariwisata dan ekonomi di wilayah tersebut.

Pemerintah Kota juga berkomitmen untuk meningkatkan sarana prasarana pusat tekstil, yang telah berdiri sejak tahun 1980-an.

Meskipun KTC telah direlokasi pada tahun 2007, kapasitasnya masih terbatas, terutama dalam hal lahan parkir dan jumlah pedagang di kawasan ini.

Pengelola KTC mengatakan saat ini terdapat sekitar 300 pedagang di area KTC.

Namun, lahan parkir terbatas, hanya dapat menampung sekitar 80-90 mobil, meskipun lebih banyak sepeda motor yang dapat diakomodasi.

Selama pandemi, sebagian besar pedagang cenderung lebih aktif dalam menjual barang dagangan mereka secara daring melalui platform digital.

Mayoritas pelanggan KTC berasal dari kalangan pengelola bisnis tekstil dan konveksi.

KTC adalah inisiatif yang awalnya didorong oleh almarhum Kurnaen Wiriadisastra untuk memberdayakan warga sekitar Cigondewah yang pada saat itu banyak bergerak dalam industri tekstil, khususnya kain.

Sebelum adanya KTC, para pedagang menjajakan barang dagangan mereka sepanjang jalan, yang sering kali menyebabkan kemacetan di wilayah tersebut.

Pada tahun 1980, Kurnaen memutuskan untuk membeli lahan bertahap di Jalan Tanjakan Ma’aren, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Cigondewah Rahayu.

Awalnya, pedagang di area tersebut berasal dari luar Cigondewah, namun seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya pengunjung yang datang, pedagang setempat memutuskan untuk bergabung.

Meski telah berkembang sejak itu, masalah keterbatasan lahan masih ada.