Cinta Segitiga Ini Memicu Perang Antar Dua Kerajaan Di Jawa Barat
RomansaBandung.com – Pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Sumedang Larang mencapai kejayaannya yang mirip dengan masa kejayaan leluhurnya.
Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh Jawa Barat bagian barat, dengan batas di Kali Cipamali, Pamanukan, Cisadane, hingga Indramayu.
Namun, di balik kejayaan itu, terjadi kisah cinta terlarang antara Prabu Geusan Ulun dan Harisbaya, istri Pangeran Girilaya dari Kerajaan Cirebon.
Kisah cinta ini membawa petaka bagi Kerajaan Sumedang Larang.
Perang besar pecah antara Sumedang Larang dan Kerajaan Cirebon. Perang antara kedua kerajaan ini tercatat dalam beberapa naskah klasik seperti Pustaka Kertabumi, Babad Sumedang, dan Babad Limbangan.
Berawal dari Jalinan Kasih di Masa Muda
Sebelum terjadinya perang, Panembahan Ratu, Geusan Ulun, dan Harisbaya masih muda dan belajar di bawah pengawasan Hadiwijaya (Jaka Tingkir/Sultan Pajang I).
Panembahan Ratu dikirim untuk belajar Ketatanegaraan kepada Jaka Tingkir di Pajang, sedangkan Geusan Ulun dikirim untuk menuntut ilmu di Pajang.
Harisbaya, seorang putri Madura, juga mengabdikan dirinya di Pajang.
Panembahan Ratu menikahi Ratu Mas Pajang, putri Hadiwijaya, untuk mengikat tali persaudaraan dengan Kerajaan Cirebon.
Di sisi lain, Geusan Ulun terlibat dalam cinta lokasi dengan Harisbaya, dan mereka saling mencintai.
Namun, kisah cinta mereka berakhir ketika Geusan Ulun kembali ke Sumedang untuk menjadi Raja setelah ayahnya meninggal.
Panembahan Ratu dan Geusan Ulun menjadi Raja di negara masing-masing, dan keduanya menikah.
Namun, cinta Geusan Ulun dan Harisbaya tetap ada. Saat Geusan Ulun mengunjungi Cirebon, pertemuan mereka tidak dapat dihindari.
Keduanya terlibat dalam cinta terlarang untuk kedua kalinya, meskipun Harisbaya telah menjadi istri orang.
Meskipun Geusan Ulun berusaha menahan cintanya, Harisbaya tidak bisa menahan diri.
Sebelum Geusan Ulun kembali ke Sumedang, Harisbaya memohon agar dia dibawa ke Sumedang, tetapi permohonannya ditolak.
Namun, cinta Geusan Ulun kepada Harisbaya tidak bisa dia tahan.
Dia mendiskusikan hal ini dengan Senopatinya, Jayaperkasa, dan Jayaperkasa justru mendukungnya untuk membawa lari Harisbaya ke Sumedang.
Prabu Geusan Ulun dan Jayaperkasa kemudian membawa lari Harisbaya dan menuju Sumedang.
Kabar tentang peristiwa ini mengejutkan istana dan rakyat Cirebon, karena istri Raja telah dibawa lari oleh Raja dari Kerajaan lain.
Perang Besar yang membawa petaka bagi Sumedang Larang
Panembahan Ratu, merasa harga dirinya terinjak-injak, kemudian menyatakan perang terhadap Sumedang.
Namun, Sumedang tidak gentar, karena bagi Geusan Ulun, Harisbaya harus menjadi istrinya.
Perang berkecamuk antara kedua kerajaan, dan Cirebon mengirim pasukannya untuk menyerang Sumedang.
Jayaperkasa memimpin pertahanan dengan semangat yang tinggi.
Perang sengit antara Sumedang dan Cirebon baru berakhir setelah Cirebon berhasil membunuh Jayaperkasa.
Setelah berakhirnya perang diadakan perundingan di antara dua kerajaan. Raja Cirebon setuju untuk mentalak Ratu Harisbaya namun dengan ganti rugi berupa penyerahan wilayah Sumedang yang berada di Majalengka.
Raja Cirebon pun meminta anaknya yang sedang dikandung Harisbaya harus menduduki tahta Sumedang selepas Prabu Geusan Ulun mangkat.
Kisah cinta terlarang dan perang antara Sumedang dan Cirebon ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh cinta dalam mengubah jalannya sejarah.
Meskipun tragis, kisah ini memberikan warna yang menarik dan memikat dalam sejarah dua kerajaan besar di Jawa Barat.