Romansa Bandung

Dari Dongeng Sunda hingga Penelitian Modern: Kisah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

(G-Maps: Mohammad Mohammadi

“TNGGP menjadi pusat konservasi penting untuk flora dan fauna, serta melindungi keanekaragaman hayati hutan pegunungan di Jawa Barat.”

RomansaBandung.com – Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu taman nasional tertua di Indonesia, yang didirikan pada tahun 1980.

Terletak di Provinsi Jawa Barat, taman nasional ini mencakup area seluas 24.270,80 hektare dan mencakup dua puncak gunung besar, yaitu Gunung Gede (2.958 m) dan Gunung Pangrango (3.019 m).

TNGGP menjadi pusat konservasi penting untuk flora dan fauna, serta melindungi keanekaragaman hayati hutan pegunungan di Jawa Barat.

Tercatat dalam Dongeng Sunda

Kawasan Gunung Gede-Pangrango telah lama dikenal dalam sejarah dan mitologi Sunda. 

Naskah Bujangga Manik dari abad ke-13 menyebutkan kawasan ini sebagai “Puncak” dan “Bukit Ageung.” 

Pada masa kolonial Belanda, wilayah ini berkembang menjadi perkebunan teh yang produktif, terutama sejak abad ke-18. 

Para ilmuwan seperti Reinwardt, Junghuhn, dan Kuhl melakukan eksplorasi dan penelitian di kawasan ini, yang membuat Gunung Gede-Pangrango menjadi salah satu situs favorit untuk penelitian alam.

Pada tahun 1889, cagar alam pertama di Indonesia dibentuk di kawasan ini oleh pemerintah Hindia Belanda, yang kemudian diperluas hingga mencakup puncak-puncak gunung pada tahun 1926.

 Taman Nasional Gunung Gede Pangrango resmi dibentuk pada 1980, menggabungkan beberapa cagar alam dan suaka alam di sekitarnya.

Kedua gunung ini dihubungkan oleh dataran tinggi yang dikenal sebagai Kandang Badak pada ketinggian 2.400 meter. 

Gunung Gede adalah gunung berapi aktif dengan beberapa kawah, sementara Gunung Pangrango memiliki puncak yang lebih halus. 

Kawasan ini juga memiliki lembah dataran tinggi bernama Alun-alun Suryakancana, tempat tumbuhnya edelweis jawa (Anaphalis javanica).

(G-Maps; Rani Aryani)
(G-Maps: Redha Andika Adhi)
(G-Maps: Redha Andika Adhi)

Tempat Konservasi Keanekaragaman Hayati

TNGGP merupakan rumah bagi beragam flora dan fauna, termasuk banyak spesies endemik.

Flora khas meliputi edelweis jawa dan cantigi gunung (Vaccinium varingifolium).

Fauna langka seperti owa jawa, macan tutul, dan elang jawa juga hidup di taman nasional ini.

Secara keseluruhan, terdapat lebih dari 100 spesies mamalia dan 250 spesies burung yang tercatat di kawasan ini.

Pengelolaan TNGGP dilakukan oleh Balai Besar TNGGP di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang bekerja sama dengan berbagai mitra dalam program-program konservasi.

Salah satu kolaborasi yang menonjol adalah Program Adopsi Pohon, yang mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya reforestasi.

Kawasan ini juga termasuk dalam Cagar Biosfer Cibodas, sebuah inisiatif untuk menjaga kelestarian ekosistem.