Romansa Bandung

Dari Saling Menunggu (Dagoan), Lahirlah Jalan Dago

Jalan Dago (KITLV)

“Berawal dari saling menunggu (Dagoan) untuk pergi bersama-sama melewati Jalanan penuh hutan dan binatang buas, jadilah Jalan Dago.”

RomansaBandung.com – Jalan Dago boleh dibilang salah satu Landmarknya kota Bandung. Betapa tidak, saat musim liburan tiba ribuan turis dari luar kota utamanya dari Jakarta membanjiri kawasan ini. 

Apalagi di sepanjang jalanan ini bertebaran berbagai macam outlet kuliner, fashion hingga bangunan-bangunan bersejarah seperti Dago Tea House.

Tapi tahukah sobat? mengapa jalan ini dinamakan sebagai jalan Dago dan sejak kapan kawasan ini menjadi begitu ramai?

Nah… admin akan kasih cerita singkat nih pada kalian tentang Jalan Dago.

Padago-dago (Saling Menunggu) jadilah Dago

Bagunan dan Pesawahan di sekitaran Jalan Dago tahun 1927 (KITLV)

Jadi begini sobat romansa, sebelum abad ke-20 Jalan Dago itu masih tampak menyeramkan. Bagaimana tidak seram, jalan itu masih merupakan hutan lebat dengan berbagai binatang buas di dalamnya.

Andai sobat hidup di zaman itu orang-orang disana sangat sekali tidak menyarankan sobat untuk pergi sendirian melewati jalan itu.

Mereka lebih menyarankan sobat untuk menunggu orang yang kebetulan memiliki rute yang sama dan kemudian pergi bersama-sama melewati jalan itu.

Jadi sobat harus saling menunggu dahulu. Nah.. saling menunggu dalam bahasa Sunda itu ialah Dagoan. Jadi karena orang-orang ini padago-dago (saling menunggu) untuk pergi bersama. Maka jadilah jalan yang penuh hutan dan binatang buas itu menjadi jalan dago.

Read More: Dulunya Jalan Paling Ditakuti, Kini Landmark Kota Bandung

transfer antar bank pakai flip

Saat kawasan Bandung diproyeksikan sebagai ibukota masa depan Hindia-Belanda, Disanalah mulanya Jalan Dago mulai ramai dan berkembang.

Sebab jalan ini juga ikut kecipratan dari proyek itu. Dari tahun 1900 hingga 1914, Belanda banyak melakukan pembangunan di daerah Dago dan sekitarnya seperti pembangunan rumah peristirahatan Andre van der Brun, pengembangan kawasan pendidikan Technische Hooge School (ITB), Dago Tea House, serta Bandoeng Dierentuin (Kebun Binatang Bandung kini). 

Perlahan orang-orang Belanda juga mulai banyak mendirikan pemukiman di kawasan Dago. Oleh karenanya tidak perlu merasa heran dengan begitu banyaknya bangunan khas Eropa di daerah Dago yang masih kelihataan hingga saat ini.