Romansa Bandung

Dari Sekepal Tanah di Mekkah, Jadilah Kampung Mahmud

Kampung Mahmud (id.wikipedia.org)

“Dari sekepal tanah dari Mekkah, Kampung Mahmud berdiri dari sebuah area bekas lahan berawa”

RomansaBandung.com – Kira-kira 13 km ke arah selatan Kota Bandung menuju Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Tak jauh dari hingar bingar kota Bandung tahukah sobat sekalian. Disana sobat masih bisa dengan mudah menemukan sebuah Kampung Adat bernama Kampung Mahmud.

Jadi sob, di tengah arus modernisasi yang menjangkiti sebagian besar wilayah kota Bandung penduduk Kampung Mahmud ini masih berusaha untuk menjaga tradisi para leluhur. Tradisi itu salah satunya berupa larangan atau sejenis tabu. Larangan-larangan itu antara lain,

  • Larangan memiliki angsa
  • Larangan memukul goong (gong)
  • Larangan membangun rumah berkaca serta bertembok
  • Larangan Membuat Sumur.

Larangan-larangan itu muncul bukan tanpa sebab sebagai contoh larangan memiliki angsa serta memukul goong lahir konon sebab supaya tiada mengundang kebisingan. Konon saat itu kampung adat Mahmud merupakan salah satu tempat persembunyian para pejuang oleh karenanya kebisingan sangat dilarang di kampung ini supaya tidak mengundang kehadiran penjajah.

Eyang Abdul Manaf sendiri beserta keturunannya hidup dan wafat disini. Hingga saat ini makam mereka kerap diziarahi oleh berbagai orang dari berbagai kota. Pada akhirnya makam ini kemudian dikenal sebagai Makam Mahmud.

Read More: Jadi Salah Satu Tanjakan Paling Horror di Bandung, Ini Beragam Versi Asal Mula Tanjakan Emen

Asal Mula Kampung Mahmud

Konon Kampung Mahmud telah berdiri sejak abad ke-15. Sembah Eyang Abdul Manaf yang masih memiliki garis leluhur hingga Sunan Gunung Djati (Salah seorang anggota Walisongo) memiliki peranan penting dalam pendirian kampung ini sekaligus seorang penyebar agama Islam disana. Jadi sob, Kampung Mahmud ini boleh dikata usianya lebih tua dari Kota Bandung.

Nah… cerita pendirian kampung Mahmud ini sendiri bermula dari Kisah Eyang Abdul Manaf pergi haji ke tanah suci. Disana beliau sempat memutuskan untuk menetap beberapa waktu. Suatu hari Eyang Abdul Manaf berniat kembali ke negeri asalnya. 

Sebelum itu beliau memutuskan berdoa di sebuah tempat bernama Gubah Mahmud. Selama berdoa beliau seolah memperoleh petunjuk bahwa kelak setelah kembali ke negerinya beliau akan menempati sebuah lahan berawa.

Singkatnya Eyang Abdul Manaf kembali ke negerinya dan beliau menyusuri area sekitaran Sungai Citarum untuk menemukan lahan yang berawa. Lahan itu kemudian ditemukan. Lalu lahan Rawa itu diurug dan kebetulan sebelum kembali ke negerinya saat di Mekah beliau sempat membawa sekepal tanah di Mekah. Tanah dari Mekah itu lalu dikubur di lahan urukan. 

Maka sejak saat itu lahan rawa itu menjadi lahan hunian. Orang-orang mulai menempati lahan itu dan secara bersamaan Eyang Abdul Manaf memulai penyebaran Islam di lingkungan sekitarnya.

Nah… Sob tadikan mimin udah cerita tuh di Kampung Mahmud ada larangan membangun rumah bertembok serta sumur. Nah kalian juga sudah tahukan lahan pemukiman Kampung Mahmud itu bekas rawa, andai dibangun rumah bertembok serta berkaca dan juga sumur takutnya tanah rawa itu akan labil kembali. Maka disanalah asal muasal larangan membangun rumah bertembok dan berkaca serta juga membangun sumur.

Oh… iya nama Kampung itu lalu dinamakan Mahmud karena Sebagaimana telah mimin cerita di atas sebelum pulang dari Mekah Eyang Abdul Manaf berdoa di suatu tempat yang bernama Gubah Mahmud.

Maps Menuju Kampung Mahmud

Seperti biasa admin bagikan maps menuju Kampung Mahmud supaya sobat sekalian yang penasaran bisa berkunjung kesana.