Dari Sumedang ke Puncak Kekuasaan: Kisah Wakil Presiden Indonesia yang Berasal dari Jawa Barat!
RomansaBandung.com – Jenderal TNI (Purn.) H. Umar Wirahadikusumah, lahir pada 10 Oktober 1924 di Situraja, Sumedang, merupakan tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia keempat dari tahun 1983 hingga 1988.
Lahir dan Besar di Sumedang
Umar lahir dalam keluarga bangsawan di Sumedang, putra Raden Rangga Wirahadikusumah dan Raden Ratnaringrum.
Ibunya meninggal saat Umar masih kecil, dan dia dibesarkan oleh neneknya di Cicalengka.
Meskipun sempat bersekolah, Umar tidak menyelesaikan pendidikan formalnya. Sebelum terlibat dengan kelompok pemuda, ia bekerja di perkebunan Sumedang pada tahun 1940.
Selama pendudukan Jepang, Umar bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) setelah mendapatkan pelatihan militer.
Dia aktif dalam memerangi pemberontakan dan konflik yang terjadi selama periode tersebut.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Umar bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan mengalami kariernya melejit.
Dia terlibat dalam menumpas pemberontakan PKI pada tahun 1948 dan memainkan peran penting selama peristiwa G30S

Menuju Kursi Wakil Presiden
Umar memiliki karier militer yang cemerlang, termasuk penugasan sebagai Panglima Komando Daerah Militer V/Jayakarta dan Panglima Kostrad.
Selama peristiwa G30S, Umar mendukung Soeharto dan membantu menstabilkan situasi.
Meskipun tidak termasuk dalam lingkaran dalam Soeharto, Umar memenangkan kepercayaan besar dan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.
Setelah pensiun dari karier militer pada tahun 1973, Umar mengepalai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 10 tahun.
Sebagai Ketua BPK, ia berkomitmen untuk memastikan penggunaan uang negara yang efisien.
Puncak kariernya adalah ketika ia dipilih sebagai Wakil Presiden pada tahun 1983, menunjukkan reputasinya yang baik meskipun tidak begitu aktif dalam politik.
Umar memilih untuk memerangi korupsi dan melakukan inspeksi ke daerah-daerah untuk memahami dampak kebijakan pemerintah.
Setelah masa jabatannya sebagai Wakil Presiden berakhir pada 1988, Umar tidak aktif di politik.
Ia meninggal dunia pada 21 Maret 2003 karena masalah jantung dan paru-paru, meninggalkan warisan sebagai tokoh militer dan negarawan yang dihormati.