Romansa Bandung

Dayeuhkolot: Kota Tua di Tengah Cekungan Bandung

(g-Maps: Ujang Sopian)

“Hanya berjarak sekitar 9 kilometer dari pusat Kota Bandung, Dayeuhkolot menjadi persimpangan penting yang menghubungkan Kota Bandung dengan Baleendah dan Banjaran. “

RomansaBandung.com – Dayeuhkolot, sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Bandung, menyimpan jejak sejarah yang memikat di balik hiruk-pikuk industri dan tantangan alamnya.

 Hanya berjarak sekitar 9 kilometer dari pusat Kota Bandung, Dayeuhkolot menjadi persimpangan penting yang menghubungkan Kota Bandung dengan Baleendah dan Banjaran. 

Namun, lebih dari sekadar jalur strategis, tempat ini adalah saksi bisu perjalanan sejarah panjang wilayah Bandung Raya.

Sejarah yang Mengakar dalam Nama

Nama Dayeuhkolot berasal dari bahasa Sunda, di mana dayeuh berarti kota dan kolot berarti tua. 

Sebelum dikenal dengan nama ini, daerah tersebut disebut Karapyak, mengacu pada rakit penyeberangan dari bambu yang menjadi alat transportasi utama saat itu. 

Hingga tahun 1810, Karapyak menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Bandung di bawah kepemimpinan Bupati R.A. Wiranatakusumah II.

Namun, segalanya berubah ketika Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Daendels, memerintahkan pemindahan pusat pemerintahan ke tepi Sungai Cikapundung. 

Daerah tersebut dinilai lebih prospektif untuk dikembangkan. 

Perubahan itu membuat Karapyak kehilangan statusnya sebagai pusat aktivitas pemerintahan, menjadikannya sebuah kota tua yang kemudian disebut Dayeuhkolot. 

Transformasi ini membawa dinamika baru, tetapi juga meninggalkan warisan sejarah yang tetap terasa hingga kini.

Topografi dan Tantangan Alam

Berada di cekungan Bandung dan dilewati aliran Sungai Citarum, Dayeuhkolot memiliki lanskap yang indah namun menyimpan tantangan besar. 

Setiap musim penghujan tiba, wilayah ini menjadi daerah rawan banjir yang hampir pasti melumpuhkan aktivitas masyarakat.

 Dengan 94% wilayahnya masuk dalam potensi banjir tahunan, Dayeuhkolot selalu menjadi perhatian khusus, terutama dalam mitigasi bencana di DAS Citarum bagian hulu.

Ketika banjir melanda, jalur transportasi yang menghubungkan Bandung dengan kawasan selatan seperti Banjaran dan Majalaya terputus. 

Jalan Bojongsoang biasanya menjadi alternatif, meski tidak sepenuhnya dapat mengatasi kemacetan yang terjadi. Warga pun telah terbiasa dengan realitas ini, menjadikannya bagian dari ritme kehidupan sehari-hari.

Denyut Industri dan Pendidikan

Di balik tantangan geografisnya, Dayeuhkolot juga dikenal sebagai kawasan industri yang signifikan. 

Pabrik-pabrik tekstil dan pengolahan makanan tersebar di daerah ini, menjadikannya salah satu tulang punggung ekonomi Kabupaten Bandung. 

PT. Perusahaan Industri Ceres, yang dikenal dengan produk cokelatnya, menjadi salah satu ikon industri di kawasan ini.

Tidak hanya industri, Dayeuhkolot juga berdenyut dalam bidang pendidikan. 

Kampus Universitas Telkom yang modern dan inovatif berdiri kokoh di tengah hiruk-pikuk, menawarkan pendidikan berkualitas dan menjadi pusat pengembangan teknologi di Jawa Barat. 

Kehadiran universitas ini membawa energi baru, mempertemukan masa lalu Dayeuhkolot yang kaya sejarah dengan semangat masa depan yang penuh inovasi.

Harmoni Sejarah, Alam, dan Peradaban

Dayeuhkolot adalah contoh nyata bagaimana sebuah daerah dapat bertahan di tengah dinamika zaman. 

Dari sebuah kota tua yang penuh sejarah, wilayah ini kini menjadi pusat aktivitas industri dan pendidikan yang vital. 

Namun, di balik modernitasnya, Dayeuhkolot tetap menyimpan tantangan yang tak bisa diabaikan: banjir yang melumpuhkan.

Meski demikian, masyarakat Dayeuhkolot terus menunjukkan ketangguhan mereka. 

Di setiap sudut jalan, di setiap pabrik yang beroperasi, dan di setiap ruang kelas yang penuh inspirasi, terlihat semangat untuk maju tanpa melupakan akar sejarahnya. 

Dayeuhkolot adalah pengingat bahwa masa lalu, kini, dan masa depan dapat hidup berdampingan, menciptakan harmoni yang unik di tengah tantangan alam dan modernitas.