Detik Terakhir di Ciater: Kolonialisme Belanda Jatuh dan Hancur
RomansaBandung.com -Pertarungan sengit di Ciater (atau Tjiater), tuh bener-bener jadi laga berat, Bro.
Itu terjadi dari 5 sampe 7 Maret 1942, di tengah kampanye Hindia Belanda melawan Jepang.
Jadi, pasukan Jepang ngadepin pasukan Belanda yang didukung oleh pesawat tempur Inggris.
Fokusnya di Perlintasan Ciater yang punya peranan penting buat pertahanan Bandung.
Gerak Maju Pasukan Jepang menuju Bandung
Jadi ceritanya, setelah Jepang mendarat di Pulau Jawa dan cemenin Lapangan Udara Kalijati, pasukan Belanda nyerahin Jakarta dan Bogor.
Mereka berusaha ngadain pertahanan di perlintasan gunung buat nahan pasukan Jepang sampe pasukan sekutu dari Australia nyusul.
Nah, pasukan Jepang dengan Kolonel Toshinari Shōji sebagai pimpinan nekat serang garis pertahanan Belanda buat hindarin serangan balik.
Berkat dukungan udara dan kemampuan prajurit yang lebih oke, Jepang berhasil ngeliat celah di pertahanan Belanda yang kendor setelah tiga hari bertarung.
Mereka tembus Lembang, dan sebelum pertempuran masuk ke Bandung, Pemerintah Hindia Belanda udah menyerah duluan, akhirnya berakhir deh kekuasaan Belanda di Indonesia.
Latar belakangnya, Belanda nyatain perang ke Jepang setelah Pengeboman Pearl Harbor.
Jepang lagi nekat ambil alih Hindia Belanda buat sumber daya alam. Setelah Jepang ratain Malaya, Filipina, Bali, dan Timor, Pulau Jawa keputus bantuan dari Sekutu.
BACA INI JUGA!
- Rumah Ini Jadi Saksi Runtuhnya Ratusan Tahun Kolonialisme Belanda! Bagaimana Kabarnya Sekarang?
- Bukan dengan Tank atau Panser, Jepang Menaklukan Hindia Belanda dengan Sepeda
Komandan Sekutu Archibald Wavell mutusin gak bisa pertahankan Jawa, dan Belanda disuruh tahan posisi.
Angkatan Darat Jepang misi merebut Jawa dengan Divisi 2, 38, dan 48. Divisi 16 Jepang berhasil ngibarin pasukan di tiga titik di Pulau Jawa setelah menang di Pertempuran Laut Jawa.
Detasemen Shoji dari Divisi 38 yang dipimpin Kolonel Toshinari Shōji ngerangsek Eretan Wetan, Indramayu.
Mereka ngambil alih Lapangan Udara Kalijati dan sekitarnya di Subang. Tentara Belanda coba serang balik dua kali buat ambil kembali Kalijati, tapi gagal. Jepang menang di Pertempuran Kalijati dan posisi Sekutu terus mundur.
Benteng terakhir dari serangan Jepang
Pasukan Sekutu di Jawa Barat dikuras habis oleh serangan balik Jepang.
Mereka mundur dari Jakarta ke Bandung. Bandung dijadiin “kota terbuka” buat hindarin kehancuran.
Pasukan KNIL dan Blackforce Australia ditugasin pertahankan daerah Bandung sampai West Group dari Australia nyusul.
Bandung jadi target serangan Jepang dari Subang. Ada dua jalan ke Bandung: lewat Purwakarta atau lewat Perlintasan Ciater di kaki Gunung Tangkuban Parahu.
Kekuatan Sekutu di Ciater ada 9.000 prajurit, tapi terpencar. Detasemen Shoji Jepang yang sekitar 3.000 orang mau nyerbu Ciater.
Jepang lebih berpengalaman dan lebih siap tempur. Pertempuran dimulai tanggal 5 Maret. Serangan udara dari Sekutu dan Jepang bikin posisi terdepan Sekutu mundur.
Tank Jepang akhirnya berhasil ngelewatin garis pertahanan Belanda. Pertempuran berlangsung tiga jam, dan Jepang hampir sampe posisi Belanda. Sekitar 50 prajurit Belanda yang di garis depan mundur setelah hancurin meriam dan jembatan.
Pertempuran sengit lanjut sampe tanggal 7 Maret, dan akhirnya Ciater jatuh ke tangan Jepang.
Ini jadi perubahan besar buat posisi Sekutu di Jawa Barat. Lembang juga jatuh, dan pemerintah Hindia Belanda nyerah tanggal 9 Maret. West Group udah tiba di Bandung, tapi mereka batalin rencana perang gerilya karena kondisi gak memungkinkan.
Akhirnya, perjanjian Kalijati ditandatangani, dan Belanda resmi nyerah di Indonesia. Inti ceritanya, Ciater jadi momen krusial yang ngeubah jalannya perang di Jawa.