Di Tempat Inilah Dahulu Danau Bandung Purba Jebol!
RomansaBandung.com – Mungkin mimin sudah sering bilang ya… dalam beberapa artikel sebelumnya jikalau Bandung itu dulunya adalah sebuah Danau Purba Raksasa. Dalam suatu masa Danau itu lantas mengering dan secara perlahan manusia mulai mendiami daratan bekas danau itu. Dan dikenalah kini daratan itu sebagai Bandung.
Sekarang pertanyaannya mungkin, Mengapa danau itu bisa mengering? Ada beragam teori dan hipotesis tentang itu. Tapi hipotesis paling terkenal dikemukakan seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda bernama van Bemmelen.
Dia berpendapat bahwa erosi aliran sungai citarum di Sanghyang Tikoro sebab utama jebolnya air Danau Bandung Purba. Walau pendapat ini sebenarnya masih sekedar hipotesis tapi rata-rata ahli geologi Indonesia mengamini pendapat van Bemmelen.
Sanghyang Tikoro sendiri terletak kurang lebih 17 km dari pusat kota Bandung, letaknya dekat sekali dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling, Rajamandala. Tempat ini sendiri berupa gua dengan formasi batuan kapur. Sementara di permukaan bawah gua itu mengalir sebuah sungai bawah tanah dari aliran sungai Citarum yang hingga kini belum diketahui entah kemana air itu bermuara.
Sanghyang Tikoro dan Jebol-nya Danau Bandung Purba
Jadi begini sobat… sekitar 20an juta tahun lalu permukaan Pulau Jawa dan khususnya Bandung belum sepenuhnya muncul menjadi sebuah daratan. Sebagian besar permukaannya masih sebuah laut. Hal ini ditandai dengan adanya batuan kapur di sekitar Cipatat. Perlu sobat tahu, batuan kapur itu hanya bisa didapati di lautan.
Read More: Ribuan Tahun Lalu Pernah Jadi Rumahnya Orang Bandung, Beginilah Kisah Gua Pawon
Seiring waktu Pulau Jawa dan khususnya Bandung mulai muncul ke permukaan dan membentuk suatu daratan. Di daratan Bandung terbentuklah sebuah Gunung Api Purba yang dinamakan sebagai Gunung Sunda.
Sekitar 200.000 ribu tahun lalu kurang lebih, Gunung Sunda ini meletus secara dahsyat. Letusannya menciptakan gunung-gunung baru seperti Gunung Tangkuban Perahu, Burangrang dan Bukit Tunggul. Material letusan Gunung Sunda juga ikut menyumbat aliran sungai Citarum sebagai akibatnya aliran sungai Citarum meluap menggenangi cekungan Bandung dan membentuk sebuah Danau Bandung Purba Raksasa.
Sekitar 16.000 tahun lalu permukaan air Danau Bandung Purba itu mulai menyusut. Nah… kebetulan jutaan lalu Bandung itu laut dan oleh karenanya banyak sekali batuan kapur di daerah Cipatat sekarang. Batuan Kapur ini sangat rapuh apabila terkena air karena banyaknya rekahan di dalam permukannya sehingga amat memudahkan air untuk masuk ke celah celah batuan itu.
Dalam sebuah proses selama ribuan tahun di suatu tempat yang bernama Sang Hyang Tikoro air di Danau Bandung Purba itu mengisi rongga-rongga perbatuan kapuan hingga menyebabkan erosi. Hasil dari erosi itu terbentuklah sebuah gua dengan sungai bawah tanah di bawah permukaannya yang mengalirkan air dari Danau Bandung Purba.
Maka secara perlahan jebol-lah air dari Danau Bandung Purba. dan Danau yang mengering itu membentuk suatu daratan yang kini menjadi Bandung dan sekitarnya.
Akses Menuju Sanghyang Tikoro
Nah… sobat romansa Sanghyang Tikoro ini tempatnya sangat indah sekali, tapi sayangnya sangat sedikit Urang Bandung yang tahu dengannya. Hasilnya tempat ini belum begitu terperhatikan dan ujungnya akses jalan menuju tempat masih sangat sulit. Padahal lokasinya tidak terlalu jauh loh… dari jalan Raya Bandung-Cianjur.
Mimin sarankan sih andai sobat mau ke sini gunakanlah kendaraan pribadi. Tapi andai lewat transportasi umum baiknya menggunakan Bus jurusan Bandung-Cianjur dan mintalah pada supir/kernet untuk turun tepat di depan Gapura PLTA Saguling.
Darisana sobat bisa berjalan kurang lebih 1 – 2 km dan temukan petunjuk jalan bertuliskan Power House. Dan ikuti petunjuk itu dan tak lama berselang sobat akan menemukan Sanghyang Tikoro tepat di sebelah Power House.
Untuk memudahkan sobat juga mimin kasih nih…. Maps menuju Sanghyang Tikoro
Tiket dan Jam Operasional
Tiket : Tiket masih GRATIS!!!
Jam Operasional : Bebas dikunjungi kapan saja. Tapi ada baiknya pagi hingga sore hari.