Dimana Lokasi Istana Kerajaan Padjajaran?
RomansaBandung.com – Meskipun riwayatnya begitu cukup legendaris di Jawa Barat terutama bagi orang-orang Sunda.
Namun keberadaan lokasi Istana Kerajaan Padjajaran masih diliputi selubung misteri.
Namun dari beragam naskah dan beberapa catatan Belanda setidaknya ada sedikit petunjuk terkait titik yang diduga lokasi dari Istana Padjajaran.
Kisah Carita Parahyangan
Dalam kropak yang bernomor 406, yang terdapat di Museum Pusat, kita menemukan petunjuk yang membawa kita kepada lokasi megahnya Ibu Kota Pakuan Pajajaran pada masa lalu.
Kropak ini, juga dikenal sebagai Carita Parahiyangan, memberikan gambaran menarik mengenai cerita pendirian Keraton Sri Bima, Punta, Narayana Madura Suradipati.
Bujangga Sedamanah, seorang tokoh penting dalam sejarah, telah mencatat peristiwa ini dengan indah.
Dalam kisah yang diungkapkan, kita diarahkan ke tempat bekas keraton yang oleh Bujangga Sedamanah diberi nama Sri Kadatuan Bima Punta Narayana Madura Suradipati.
Tempat ini telah diberkati oleh Maharaja Tarusbawa dan Bujangga Sedamanah setelah selesai dibangun.
Dalam pencarian ke hulu Ci Pakancilan, mereka menemukan Bagawat Sunda Majayati, sebuah benda bersejarah yang penting.
Bujangga Sedamanah sendiri menghadirkan Bagawat Sunda Majayati di hadapan Maharaja Tarusbawa.
Dalam keterangan-keterangan kuno ini, terungkap bahwa lokasi keraton tersebut tidak terlalu jauh dari “hulu Ci Pakancilan”.
Hulu sungai ini terletak di dekat kampung Lawanggintung, yang dikenal dengan nama tersebut hingga saat ini.
Hulu sungai ini disebut Ciawi dalam bahasa Sunda Kuno, dan dalam perkembangannya, juru pantun menginterpretasinya menjadi Ci Peucang, dengan “kancil” yang merujuk pada peucang.
Laporan orang-orang Belanda
Riwayat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) memberikan laporan pertama tentang lokasi Pakuan.
Dalam ekspedisi pasukan VOC, kita menemukan bahwa perjalanan mereka mencatat batas wilayah dan keterangan-keterangan yang memberi petunjuk mengenai lokasi tersebut.
Laporan dari penjelajah ekspedisi seperti Scipio dan Adolf Winkler juga menjadi penanda penting dalam mencari tahu tentang lokasi Pakuan.
Scipio mencatat jejak-jejak kerajaan yang masih ada, seperti jalur-jalur dan parit-parit, menunjukkan bahwa Kerajaan Pajajaran pernah ada di sana.
Winkler melanjutkan eksplorasi dengan penjelasan yang lebih rinci tentang lokasi Batutulis dan penemuan lantai berbatu yang mengarah ke istana kerajaan.
Van Riebeeck, seorang penjelajah yang berperan penting dalam sejarah Belanda, juga memberikan catatan berharga mengenai Pakuan.
Dengan rute perjalanannya yang berbeda dari yang sebelumnya, ia menggambarkan alun-alun Empang dan pintu gerbang serta jalan-jalan masuk ke Pakuan.
Dia juga mencatat bahwa daerah yang lebih tinggi dan dataran tinggi menjadi ciri khas lokasi ini.
Dari catatan-catatan kuno ini, gambaran tentang lokasi dan tempat Ibu Kota Pakuan Pajajaran semakin jelas terbentuk.
Dengan jejak-jejak yang ditemukan oleh para penjelajah dan interpretasi dari catatan-catatan tersebut, kita dapat membayangkan keindahan dan keagungan Kerajaan Pajajaran yang pernah berdiri di sana.