Romansa Bandung

Dimana Pesantren Tertua di Kota Bandung?

(G-Maps: Pondok Pesantren Sukamiskin Pusat)

“Bandung sebagai sebuah destinasi wisata telah begitu banyak menarik minat para pelancong Eropa di Masa Kolonial.”

RomansaBandung.com -Pondok Pesantren Sukamiskin, yang menjulang gagah di kawasan Sukamiskin atau Jalan AH Nasution, tidak hanya menjadi bangunan bersejarah di Bandung, tetapi juga menyimpan rahasia perjalanan panjang sejak tahun 1881 Masehi.

Pesantren ini bukan sekadar bangunan tua yang teguh berdiri, melainkan warisan berharga dari KH Raden Muhammad bin Alqo, sosok pendiri yang mengukir jejaknya dalam sejarah.

Bermula dari KH Raden Muhammad bin Alqo

Dengan penampilan luar yang mungkin tak langsung terlihat sebagai pesantren, Pondok Pesantren Sukamiskin tetap mempesona dengan arsitektur klasiknya yang memikat.

Pesantren ini juga memberikan sorotan tentang keunikan bangunan ini yang menyimpan cerita sejarah panjang Kota Bandung.

KH Raden Muhammad bin Alqo memimpin pesantren ini dengan penuh dedikasi selama 36 tahun.

Kepemimpinan tersebut kemudian dilanjutkan oleh menantunya, Kiai Kholil, yang menerima tongkat estafet dari sang pendiri.

Perjalanan panjang ini tidak hanya mencatatkan usia pesantren, tetapi juga menyaksikan transformasi ilmu-ilmu tariqah yang terus berkembang sepanjang waktu.

Terletak tepat di Jalan AH Nasution yang merupakan bagian dari Jalan Post Daendels. (G-Maps: Pesantren Sukamiskin Pusat)
Pondok Pesantren Sukamiskin dari udara (G-Maps: Pesantren Sukamiskin Pusat)
Kegiatan Belajar Mengajar(G-Maps: Pesantren Sukamiskin Pusat)

Kian Bertranformasi

Terkait dengan penimbaan ilmu di Mekkah, kedatangan Kiai Dimyati, anak dari KH Raden Muhammad bin Alqo, memberikan arah baru bagi Pondok Pesantren Sukamiskin.

Transformasi yang terjadi di pesantren ini menjadi lebih terarah, menciptakan lorong sejarah baru dalam pengembangan ilmu-ilmu agama.

Dengan berbagai peristiwa dan pemimpin yang membawa angin segar modernisasi, Pondok Pesantren Sukamiskin terus menjadi pusat penyebaran Islam di kota Bandung.

Dalam setiap goresan tinta kiai pembaharu, pesantren ini tidak hanya mempertahankan keberlanjutan tradisi, tetapi juga menghadirkan wajah baru yang tetap memikat bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya.