Gang Gitar Chapter 2 (Cerita Nyeremin)
RomansaBandung.com – Terkadang sering kita jumpai nama-nama gang yang selalu di identikan dengan kebiasaan-kebiasaan atau ciri khas yang ada di dalamnya.
Misalnya Gang seribu Punten, kenapa demikian? Karena kalau lewat gang tersebut harus lah kita bilang “punten” berkali-kali saat kita menjumpai orang yang ada depan rumah yang kita lewati.
Ada lagi gang bakso, soalnya saking seringnya pedagang bakso yang lewat di situ jadi orang-orang menamainya gang bakso.
Nah, gang di rumahku ini dinamakan gang gitar.
Bukan karena banyak pengamen ataupun banyak orang yang main gitar di sini melainkan sebutan itu hanya singkatan dari gigi taring.
Yups, gigi taring. Aneh bukan? Usut punya usut katanya yang babat alas daerah sini adalah orang yang mempunyai taring yang panjang.
Makanya di sebut dengan gang gigi taring alias gang gitar.
Tetapi, masyarakat di sini tak berani memperolok-olok atau menjadikannya bahan candaan ketika menceritakan kisah dibalik nama gang ini.
Teman kerjaku pernah ku ajak mampir ke rumahku dan kami curhat soal gebetan baru nya di kantor bagian divisi finansial.
Entahlah, antusias nya bercerita hingga lupa waktu sampai tengah malam.
Ia pun ingin agar aku bercerita tentang gebetan ku di kantor.
Namun, aku tak terlalu dekat dengan teman perempuan selama lima tahun kerja disana.
Ia pun mulai bosan dan mengalihkan topik pembicaraan. Lalu, bertanya kenapa gang ini dinamakan gang gitar.
Aku pun menceritakan padanya berdasarkan asal-usul yang ku dapat dari sesepuh penduduk di sini.
Sontak ia tertawa terbahak-bahak di tengah malam mengalahkan ramainya suara jangkrik di halaman rumah ku.
Aku hanya terdiam membisu tak menanggapi puas tawanya.
Selesai sudah curhat malam ini temanku pamit pulang dan masih menyisakan tawanya yang tadi.
Keesokan harinya ku lihat ia terlihat pucat pasi.
Dan ku tanya apakah sedang tak enak badan atau sedih di tolak gebetan candaku.
Ia pun menceritakan kejadian yang semalam.
Saat berkendara katanya ia masih tertawa-tawa karena terngiang-ngiang ceritaku.
Ketika ia melihat kaca spion kanan motor nampak seseorang sedang di bonceng olehnya.
Ia pun mendadak menginjak rem dan melihat ke belakang.
Namun, tak ada siapapun yang ia bonceng.
Ketika kembali menghadap ke depan.
Ia di sambut senyuman menyeringai dan bertaring.
Lalu pingsan di tempat dan dibangunkan pagi hari oleh petani yang hendak pergi ke sawah.