Romansa Bandung

Jalan Cipaganti, Bekas Pemukiman Orang Eropa di Masa Kolonial

(indotren.com)

“Hingga kini, beberapa peninggalan dari masa kolonial Belanda masih dapat ditemukan di sepanjang jalan yang kaya akan sejarah ini.”

RomansaBandung.com – Kawasan Cipaganti yang terletak di wilayah utara Bandung menyimpan jejak kejayaan masa lalu sebagai salah satu Een Western Enclave, yaitu pemukiman elite bangsa Eropa pada masa Hindia Belanda.

Hingga kini, beberapa peninggalan dari masa kolonial Belanda masih dapat ditemukan di sepanjang jalan yang kaya akan sejarah ini.

Rumah-rumah gedong yang dibangun pada permulaan 1920-an sebagian besar masih terawat dengan baik, dengan ciri khas atap-atap yang menjulang tinggi.

Meskipun ada beberapa bangunan yang telah mengalami modernisasi, banyak rumah di kawasan ini masih mempertahankan elemen arsitektur kolonial yang otentik.

Menariknya, beberapa rumah di Cipaganti memiliki nama perempuan tertulis di bagian depannya. Konon, nama-nama tersebut merupakan nama anak perempuan dari pemilik rumah.

Jika pemilik rumah memiliki anak perempuan, maka nama anak tersebut akan diabadikan di tembok rumahnya.

Salah satu peninggalan Hindia Belanda yang masih berdiri kokoh hingga saat ini adalah rumah milik Pangeran Paribatra.

Pangeran Paribatra adalah seorang warga kehormatan Kota Bandung dan kerabat Raja Siam.

Sebagai Pemimpin Militer Kerajaan Thailand, ia diasingkan ke Bandung pada tahun 1932 dan menetap hingga akhir hayatnya pada 18 Januari 1944. Rumah yang ditinggalinya kini dihuni oleh keturunannya yang turut serta ke Bandung bersama Pangeran Paribatra.

Rumah ini sekarang berfungsi sebagai rumah makan bernama Dahapati, yang dikenal luas oleh pecinta kuliner karena kelezatan sop buntutnya.

Keaslian bangunan ini masih terjaga dengan baik, termasuk patung kepala Buddha yang merupakan peninggalan dari Pangeran Paribatra.

Transformasi Kawasan Cipaganti

Persis di depan rumah Pangeran Paribatra, dulu terdapat sebuah taman bunga bernama Bunderan Siam, yang sayangnya telah berubah fungsi menjadi pom bensin sejak zaman kemerdekaan.

Kawasan Cipaganti juga menyimpan cerita tentang Raja Rama VII dari Thailand, yang pernah membangun taman dan villa di kawasan ini.

Peninggalan kolonial lainnya yang terkenal di Cipaganti adalah Masjid Besar Cipaganti.

Masjid ini merupakan masjid pertama di wilayah utara Bandung dan didirikan di tepi Jalan Cipaganti pada tahun 1933.

Masjid ini dirancang oleh arsitek Belanda ternama, Prof. C.P. Wolff Schoemaker, dan memadukan unsur arsitektur Eropa dan Jawa, serta modern dan tradisional.

Pada zaman sebelum kemerdekaan, Jalan Cipaganti dikenal sebagai Nijlandweg.

Setelah kemerdekaan, nama jalan ini diganti menjadi Jalan Cipaganti.

Namun, pada tahun 2000-an, nama jalan tersebut berubah lagi menjadi Jalan Rd. A.A. Wiranata Kusumah, untuk menghormati Bupati Bandung ke-6 yang disebut-sebut sebagai pendiri Kota Bandung.

Meskipun demikian, banyak orang masih mengenal jalan ini sebagai Jalan Cipaganti atau Kawasan Cipaganti.