Romansa Bandung

Keajaiban Si Leungli: Dongeng Penuh Makna dari Sunda

RomansaBandung.com – Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang terletak jauh di pedalaman Sunda, hiduplah tujuh orang saudari yatim piatu. Di antara mereka, ada seorang gadis yang paling muda dan lembut bernama Si Bungsu. Ia adalah satu-satunya saudara tiri dalam keluarga ini, merupakan anak dari pernikahan mendiang orang tua mereka. Sifat dan budi kakak-kakaknya sangat bertolak belakang dengan Si Bungsu. Si Bungsu adalah sosok yang rajin, baik hati, jujur, dan selalu rendah hati. Sementara itu, kakak-kakaknya malas, sombong, angkuh, dan penuh dengan rasa dengki.

Kehidupan Si Bungsu tidaklah mudah. Kakak-kakaknya yang pemalas selalu memerintahkan Si Bungsu untuk melakukan semua pekerjaan rumah, mulai dari mencuci pakaian, memasak, hingga membersihkan rumah. Mereka tidak pernah memberikan bantuan atau simpati kepada Si Bungsu, dan sering kali ia diperlakukan dengan sangat buruk.

Suatu hari, ketika Si Bungsu sedang mencuci pakaian di tepi sungai, kecelakaan kecil terjadi. Tanpa sengaja, pakaian salah seorang kakaknya hanyut terseret arus sungai. Kakaknya yang marah memarahi Si Bungsu, menghukumnya, bahkan memukulinya. Si Bungsu dihukum untuk mencari kembali pakaian yang hilang tersebut, dan ia tidak diizinkan untuk kembali ke rumah sebelum berhasil menemukannya.

Dalam kesedihannya, Si Bungsu pergi ke tepi sungai dan menangis seorang diri. Tiba-tiba, muncullah sesosok ikan mas yang bersisik keemasan, melompat-lompat dan mencoba menghibur Si Bungsu. Hal yang sangat ajaib, ikan mas ini dapat berbicara dengan manusia, dan ia memperkenalkan diri sebagai Leungli. Leungli menjadi teman setia dan penyemangat Si Bungsu, selalu ada di sisinya dalam setiap kesulitan dan kesedihan yang ia alami.

Setiap hari, Si Bungsu menyisihkan sedikit nasi dari jatah makannya untuk diberikan kepada Leungli. Mereka menghabiskan waktu bersama, bermain dan berbicara, dan Leungli selalu mendengarkan curahan hati Si Bungsu dengan penuh perhatian. Kedekatan mereka semakin erat, dan Si Bungsu merasa bahagia memiliki teman sejati seperti Leungli.

Namun, kakak-kakak perempuan Si Bungsu tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran mereka terhadap perubahan sikap adik mereka. Meskipun mereka terus berlaku buruk dan kejam terhadap Si Bungsu, mereka memutuskan untuk mengikuti Si Bungsu secara diam-diam untuk mencari tahu rahasia perubahan tersebut.

Akhirnya, kakak-kakaknya menemukan tempat persembunyian Leungli dan mengintip bagaimana Si Bungsu memanggilnya. Mereka dengan jahat berencana untuk menangkap Leungli. Mereka memahami cara-cara yang digunakan Si Bungsu untuk memanggil Leungli, yaitu membawa sepincuk nasi hangat, mencelupkan ujung rambut ke dalam air sungai, dan menyanyikan tembang pantun khusus untuk memanggil Leungli.

Leungli pun tertipu oleh perbuatan kakak-kakak yang licik ini. Ketika ia muncul seperti biasa saat Si Bungsu memanggilnya, mereka dengan cepat menjeratnya dalam jaring yang telah mereka siapkan. Leungli berusaha untuk melawan, namun usahanya sia-sia.

Sementara itu, Si Bungsu, yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, mencoba memanggil Leungli seperti biasa. Namun, tidak ada jawaban. Setiap usahanya untuk bertemu Leungli gagal. Kehadiran Leungli yang selalu menghibur dan mendukungnya seolah lenyap begitu saja.

Dengan hati yang penuh kebingungan dan kesedihan, Si Bungsu akhirnya kembali ke rumah. Namun, sesampainya di rumah, dia menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan. Di dapur, di atas piring, terletak sisik berkilauan dan tulang-tulang ikan yang tersisa dari jasad Leungli. Kakak-kakaknya yang jahat telah memasak Leungli dan menyantapnya sebagai hidangan makan siang.

Si Bungsu menangis dengan sangat sedih sambil mencium sisik ikan dan tulang-tulang yang tersisa. Ia tahu bahwa sahabatnya yang setia telah hilang selamanya karena kekejaman kakak-kakaknya. Dengan

penuh kasih, Si Bungsu mengubur jasad Leungli di kebun belakang rumahnya dan berdoa agar sahabatnya memiliki tempat yang damai di dunia berikutnya.

Beberapa hari kemudian, tanah di atas kuburan Leungli tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang sangat ajaib. Sebuah pohon emas mulai tumbuh, daun-daunnya berkilauan seperti emas, dan buah-buahnya berkilauan seperti permata berharga. Namun, ada sesuatu yang sangat aneh. Ketika siapa pun, kecuali Si Bungsu, mencoba memetik daun emas atau buah permata, mereka berubah menjadi debu dan lenyap tanpa jejak.

Kabar tentang pohon emas yang ajaib ini akhirnya sampai ke keraton, dan membuat Pangeran Putra Mahkota penasaran. Pangeran yang tampan itu ingin melihat pohon ajaib itu sendiri. Ketika ia datang dan bertemu dengan Si Bungsu, mereka segera jatuh cinta. Pangeran yang bijaksana terpesona oleh kebaikan hati, kejujuran, dan kecantikan Si Bungsu.

Akhirnya, Si Bungsu dan Pangeran Putra Mahkota dinikahkan. Mereka hidup bahagia bersama dan kebaikan Si Bungsu yang tulus hati membawa berkah ke dalam kehidupan mereka. Pohon emas yang tumbuh di atas kuburan Leungli menjadi simbol cinta abadi mereka dan kebaikan yang tulus hati.