Kelas Sosial Orang Sunda selama Masa Penjajahan
RomansaBandung.com – Kemasyhuran Bandung tidak dapat disangkal karena tata kota dan alamnya selama masa kolonial, dan orang Belanda yang tinggal di Bandung menyebutnya sebagai Parijs vaan Java untuk menunjukkan bagaimana kota ini tertata rapi, indah, dan segar.
Kedua kelebihannya itu membuat posisinya sebagai salah satu kota terkemuka untuk dikunjungi pada masa penjajahan. Hanya dalam waktu beberapa tahun dengan bantuan Bandoeng Voorouit, kota ini dikunjungi banyak orang dan dimodernisasi.
Tujuan utamanya terletak di dua sumber alam yang mengelilingi kota, pegunungan dan perbukitan. Keduanya adalah favorit di antara para pengunjung. Sebagian besar dari mereka menghabiskan waktu untuk mengunjungi banyak tempat yang disediakan oleh tanah berkah ini. Pada gilirannya, Bandung merupakan salah satu destinasi wisata alam unggulan.
Artikel ini secara singkat akan menyoroti pegunungan dan perbukitan di Bandung sebagai situs utama wisata alam di Bandung selama hampir dua puluh abad.
Kaum Menak

Untuk golongan yang pertama, mereka merupakan golongan aristrokasi Jawa lama yang selama pemerintahan VOC menerima hak privilege yang luar biasa dari kompeni asing yang rakus itu.
Namun, ketika Daendels dan Raffles hadir memegang kendali pemerintahan Hindia-Belanda, hak-hak istimewa kebangsawanan mereka ditendang begitu saja.
Walaupun keduanya masih berbaik hati dengan menempatkan mereka sebagai pegawai pemerintah.
Terlepas dari itu semua, nyatanya, golongan menak ini masih terbagi lagi ke dalam dua golongan yang berbeda dan lagi-lagi masing-masing hidup dalam dunianya masing-masing.
Pertama, Golongan menak yang biasa disebut dengan golongan menak luhur. Para menak golongan ini biasa memegang jabatan tinggi dalam struktur pemerintahan kolonial.
Umumnya mereka memegang jabatan sebagai Bupati, Patih, dan jaksa. Walaupun mereka diberi kepercayaan untuk memerintah.
Akan tetapi, sebagian besar dari mereka justru memilih untuk hidup memisahkan diri dari rakyat yang mereka perintah dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam tembok-tembok pendopo dan rumah mereka yang tebal.
Sekali waktu, ketika mereka bertemu rakyat, rakyat harus menghaturkan sembah pada mereka. Layaknya, penghormatan yang diberikan kepada raja-raja Jawa.
Kaum Santana dan Rakyat Biasa
Kedua, Serupa namun tak sama, ada golongan menak Santana. Golongan menak ini memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada golongan menak yang pertama.
Jika golongan menak luhur memegang jabatan bupati, maka golongan menak santana inilah bawahan bupati itu. Biasanya dalam struktur pemerintahan kolonial, mereka memegang jabatan sebagai kepala distrik, kepala cutak, dan lurah.
Di saat pemberlakuan sistem Preangerstelsel, kedua golongan ini menjadi kelompok yang sangat diuntungkan oleh pemberlakuan sistem itu.
Karena, Mereka memperoleh imbalan atas setiap pikul hasil panen kopi yang rakyat serahkan kepada mereka. Dan tentu saja, imbalan-imbalan ini kian-kian hari kian deras mengalir ke kantong-kantong pribadi mereka.
Sekalipun, rakyat yang mereka perintah harus menderita setengah mati karenanya.