Romansa Bandung

Kerajaan Sumedang Larang: Monarki Sunda Terakhir di Priangan

Keris Peninggalan Raja Sumedang Prabu Geusan Ulun. (id.wikipedia.org)

“Memilih menjadi bawahan Mataram di abad ke-17 Sumedang Larang jadi Monarki terakhir di Priangan.”

RomansaBandung.com -Sejarah dari Kerajaan Sumedang Larang di pulau Jawa bagian barat.

Kerajaan ini didirikan pada tahun 721 M oleh Prabu Tajimalela, keturunan raja Wretikandayun dari Kerajaan Galuh.

Meskipun awalnya bagian dari Kerajaan Sunda dan Galuh, Sumedang Larang menjadi negara berdaulat pada abad ke-16 M setelah peristiwa Harisbaya.

Agama Islam mulai berkembang di wilayah ini pada masa pemerintahan Pangeran Santri (1530-1578 M), dan Sumedang Larang bergabung dengan Kesultanan Cirebon.

Pada tahun 1578 M, anaknya Pangeran Angkawijaya dinobatkan sebagai Raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun.

Pada tahun 1585, Sumedang Larang menyatakan diri sebagai negara berdaulat setelah peristiwa Harisbaya.

Namun, kemerdekaan Sumedang Larang tidak berlangsung lama.

Pada tahun 1620 M, karena keadaan yang relatif lemah dan tekanan dari Banten, Cirebon, dan Kesultanan Mataram, Sumedang Larang memutuskan untuk bergabung dengan Mataram, dan statusnya diturunkan dari kerajaan menjadi kabupaten.

Sejarah berlanjut dengan masa pemerintahan di bawah VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), Inggris, Belanda, dan Jepang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Sumedang Larang menjadi bagian dari Republik Indonesia dan mengalami berbagai pergantian pemerintahan.

Jadi Pusat Penyebaran Islam di Priangan

Etimologi Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang awalnya bercorak Hindu.

Nama Sumedang diambil dari kata “Insun Madangan” yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang, sedangkan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.

Pada masa Islamisasi, peran Pangeran Santri dan Prabu Geusan Ulun dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Sumedang Larang sangat signifikan.

Prabu Geusan Ulun, sebagai raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang, memiliki peran penting dalam mengembangkan kerajaan dan menghadapi tantangan politik pada masanya.

Setelah bergabung dengan Mataram, Sumedang Larang kehilangan status kerajaan dan menjadi bagian dari administrasi Mataram.

Mahkota Binokasih warisan Raja Padjajaran yang tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang. (id.wikipedia.org)
Penyerahan Mahkota Raja Sunda oleh utusan Padjajaran yang melarikan diri dari serangan Banten. (prabugeusanulun.org)
Pangeran Kornel bersama Herman Willem Daendels (prabugeusanulun.org)

Raja-raja Sumedang

Beberapa tokoh penting dalam sejarah Sumedang Larang termasuk Prabu Tajimalela, Pangeran Santri, Prabu Geusan Ulun, dan penguasa-penguasa setelahnya seperti Dipati Rangga Gempol, Dipati Ukur, dan lainnya.

Pada akhirnya, sejarah Sumedang Larang mencerminkan dinamika politik dan agama di wilayah Jawa Barat selama berabad-abad.