Romansa Bandung

Kesultanan Cirebon: Sang Pemula Islamisasi di Jawa Barat (Part 1)

Gua Sunyiragi salah satu warisan kesultanan Cirebon

“Kerajaan Cirebon memiliki peranan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau di wilayah.”

RomansaBandung.com – Kesultanan Cirebon adalah sebuah kerajaan yang berlokasi di daratan utara Pulau Jawa bagian barat pada abad ke-15 dan 16.

Kerajaan ini memiliki peran penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulau di wilayah tersebut.

Pusat pemerintahan awalnya terletak di Dalem Agung Pakungwati, yang kini menjadi Keraton Kasepuhan.

Salah satu tokoh kunci dalam sejarah Kesultanan Cirebon adalah Sunan Gunung Jati, yang merupakan salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Lampung dan Jawa bagian barat.

Kesultanan Cirebon berhasil bertahan selama tiga abad, dimulai dari pengakuan Walangsungsang sebagai Sri Mangana (Penguasa) Cirebon pada tahun 1430 hingga keruntuhan akibat ketidakstabilan kekuasaan dan pengaruh Mataram serta kolonialisme Belanda.

Salah satu faktor yang mempercepat keruntuhannya adalah persaingan di antara anggota keluarga kerajaan untuk mendapatkan posisi tertinggi (pribawa).

Tempat Bermulanya Islam di Jawa Barat

Sejarah awal Kesultanan Cirebon bermula dari sebuah dukuh kecil yang dikenal sebagai Caruban.

Pada abad ke-14, seorang pangeran Galuh bernama Bratalegawa memeluk Islam dan memutuskan pindah ke Caruban Girang untuk menyebarkan agama Islam.

Dengan dukungan pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam, Caruban berkembang menjadi sebuah kota besar dan penting dalam perdagangan.

Perkembangan awal Kesultanan Cirebon melibatkan tokoh-tokoh seperti Ki Gedeng Tapa, Ki Gedeng Alang-Alang, dan Cheng Ho, seorang pelaut terkenal dari Tiongkok.

Cheng Ho berinteraksi dengan masyarakat setempat dan berkontribusi dalam pembuatan keramik, penangkapan ikan, dan manajemen pelabuhan.

Selama kunjungannya, Cheng Ho berinteraksi dengan mata uang internasional seperti Dinar, Dirham, dan Fulus.

Masjid Agung Cirebon selama tahun 20-an
Siti Hinggil Keraton Kasepuhan tempat dimana Prabu Cakrabuana pertama kali mendirikan keratonnya
Potret Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Raja Sunda yang dianggap sebagai ayah raja pertama Cirebon, Prabu Cakrabuana

Pendirian Keraton Cirebon

Kesultanan Cirebon juga memiliki kaitan dengan pembangunan masjid dan pemukiman warga muslim Tionghoa di sekitar pelabuhan Muara Jati.

Pendirian kesultanan ini melibatkan tokoh Pangeran Cakrabuana, yang juga dikenal sebagai Haji Abdullah Iman setelah menunaikan ibadah haji.

Ia mendirikan pusat pemerintahan di Keraton Pakungwati pada tahun 1430 M.

Pangeran Cakrabuana, yang juga dikenal dengan nama Walangsungsang, memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut.

Menurut Babad Cirebon Prabu Cakrabuana merupakan anak pertama Sri Baduga Maharaja dengan istrinya yang Nyi Subang Larang, anak dari Syekh Quro yang juga salah seorang penyebar pertama agama Islam di Jawa Barat. 

Nyi Subang Larang kemudian memiliki seorang anak bernama Syarif Hidayatullah yang di masa depan menjadi salah seorang Walisongo sekaligus raja yang membawa Cirebon menuju kejayaan.