Romansa Bandung

Kisah Orang Sunda Ngumbara di Sumatra Barat

“Saat ini, terdapat sekitar 68.000 orang Sunda yang tinggal di Sumbar.”

RomansaBandung.com – Etnis Sunda telah hidup berdampingan dengan masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat (Sumbar) selama lebih dari 60 tahun.

Saat ini, terdapat sekitar 68.000 orang Sunda yang tinggal di Sumbar.

Mereka ada yang masih perantau dan ada yang telah menjadi warga Sumbar dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Bermula Sekitar Tahun 50-an

Salah satu gelombang awal kedatangan etnis Sunda ke Sumbar terjadi pada masa pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tahun 1959. 

Banyak tentara dari Siliwangi datang ke Sumbar pada saat itu, ketika operasi militer diperintahkan oleh Presiden Soekarno. 

Namun, asimilasi dan akulturasi antara orang Sunda dan Minangkabau sudah terjadi sebelumnya. 

Contohnya adalah Syafruddin Prawiranegara, yang memiliki darah Sunda dari ayahnya dan Minangkabau dari ibunya.

Sebagian tentara yang datang selama PRRI memilih menetap dan menghabiskan masa pensiun mereka di Sumbar. 

Gelombang berikutnya terjadi pasca-letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 di Tasikmalaya. 

Pemerintah melakukan relokasi terhadap warga yang terdampak letusan ini ke Sumbar, dengan sebagian besar di Kabupaten Dharmasraya dan sebagian lainnya ke Pasaman Barat.

Gagasan untuk membentuk paguyuban Sunda di Sumbar pertama kali muncul pada tahun 1969 dengan nama Ikatan Keluarga Jawa Barat (IKJB). 

Organisasi ini didirikan oleh Ir. Sutrisna Wartaputra, seorang pegawai Dinas Kehutanan di Kota Bukittinggi. 

Pada tahun 1975, IKJB berubah nama menjadi Paguyuban Warga Jawa Barat (PWJB) dan terus berubah hingga tahun 1997. 

Ketika terjadi pemekaran Banten dari Jawa Barat, PWJB berubah namanya menjadi Paguyuban Warga Sunda (PWS) pada tahun 1997.

Meski perjalanannya panjang, PWS Sumbar baru mendapatkan status sebagai entitas organisasi masyarakat yang resmi pada tanggal 23 Juni 2021, dengan pengesahan AD/ART mereka.

Kehadiran paguyuban ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi anggotanya sekaligus menunjukkan eksistensi dan peran orang Sunda di Sumbar. 

Saat ini, PWS Sumbar telah terbentuk di 18 kabupaten dan kota, dengan rencana membuka cabang ke-19 di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada Juli 2022.

Orang Sunda di Sumbar memiliki pepatah “silih asah silih asih silih asuh silih wanigan,” yang mencerminkan semangat saling berbagi ilmu, bimbingan, kasih sayang, dan manfaat bagi daerah tempat mereka tinggal. 

Mereka berkecimpung dalam berbagai profesi, termasuk pertanian, UMKM, dan berbagai bidang formal dan non-formal lainnya, yang berkontribusi pada keragaman dan perkembangan Sumbar.