Kronik Bandung
RomansaBandung.com – Dalam artikel kali ini kami akan menampilkan sejarah Bandung dalam bentuk kronik tahun. Diawali dari zaman purba di Bandung dan berakhir di masa kedatangan Jepang di tahun 1942.
Zaman Purba
27 Juta Tahun Lalu (Zaman Tersier): Pulau Jawa khususnya Bandung masih merupakan sebuah laut dangkal. Bukti masih bisa terlihat dari adanya perbukitan kapur di Citatah, Rajamandala.
4 Juta Tahun Lalu (Zaman Pliosen): Gunung Sunda Purba mulai muncul
500.000 Tahun lalu (Zaman Pleistosen Akhir): Gunung Sunda Purba berkali-kali meletus menyebabkan terbentuknya Cekungan Bandung. Di saat bersamaan Patahan Lembang memanjang dari Lembang hingga Manglayang.
125.000 Tahun Lalu: Danau Bandung Purba terbentuk dari letusan berkali-kali Gunung Tangkuban Perahu yang membendung sungai Citarum sehingga luapan air dari sungai itu mengisi ruang kosong Cekungan Bandung.
16.000 Tahun Lalu: Air dari Danau Bandung Purba mulai menyusut.
9000 Tahun lalu: Manusia mulai mendiami Bandung. Ini terbukti dengan ditemukannya kerangka manusia purba di Gua Pawon.
Era Kerajaan Hindu-Budhha
4 M – 7 M: Kerajaan Tarumanegara berdiri dan berhasil menyatukan Jawa Barat. Tarumanegara muncul sebagai kerajaan Sunda pertama.
670 M – 1482 M: Tarusbawa memindahkan pusat pemerintahan Tarumanegara ke Sundapura dan mengawali era Kerajaan Sunda. Namun di tahun yang sama penguasa Galuh bawahan dari Tarumanegara, Wretikandayun memilih memisahkan diri dari Kerajaan Sunda dan membentuk Kerajaan Galuh.
1482 M : Sri Baduga Maharaja berhasil menyatukan Kerajaan Sunda dan Galuh menjadi Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Pakuan (Bogor).
1579 M: Kerajaan Padjajaran runtuh oleh serangan Kesultanan Banten. Para pelarian dari Padjajaran menyerahkan mahkota raja Sunda kepada raja Sumedang Larang, Prabu Geusan Ulun. Di masa ini Bandung masih bernama Ukur dan menjadi bawahan Sumedang Larang.
Era Kesultanan Mataram
1620 M: Ekspansi Mataram kian meluas dan Galuh wilayah pertama yang takluk pada Sultan Mataram di Jawa Barat. Pangeran Aria Suriadiwangsa, Raja Sumedang Larang lantas memilih tunduk pada Sultan Mataram. Sultan Agung merubah nama Sumedang Larang dengan Priangan yang wilayahnya meliputi Sumedang Larang, Ukur (Bandung), Pamanukan, Ciasem (Keduanya kini Subang), Sukapura, Limbangan. Sementara Raja Sumedang menjadi Bupati Wedana Prianga dengan gelar Pangeran Rangga Gempol.
1624 M: Pangeran Rangga Gempol bergabung bersama pasukan Sultan Agung untuk menaklukan Sampang. Sultan Agung menunjung saudaranya Pangeran Rangga Gede sebagai Bupati Wedana di Priangan.
1625 M: Kesultanan Banten menyerbu wilayah Priangan. Pangeran Rangga Gede tak mampu berbuat banyak. Sultan Agung yang murka menggantinya dengan penguasa Ukur (Bandung) bernama Dipati Ukur.
1629 M: Sultan Agung memerintahkan Dipati Ukur untuk bergabung bersama pasukan Mataram menyerbu markas VOC di Batavia. Akan tetapi serbuan itu mengalami kegagalan, Dipati Ukur yang takut menerima hukuman dari Sultan Agung memilih memberontak.
1632 M: Dipati Ukur berhasil ditangkap dan dihukum mati oleh Sultan Agung di Mataram.
1641 M: Sultan Agung memecah wilayah Priangan menjadi beberapa Kabupaten yakni Sumedang, Bandung, Parakanmuncang dan Sukapura. Tumenggung Wirangunagun salah seorang bekas bawahan Dipati Ukur yang menolak memberontak ditunjuk sebagai Bupati Bandung dengan pusat pemerintahannya di Krapyak (Dayeuhkolot). Tahun ini yang sering diperingati sebagai tahun lahir Kabupaten Bandung.
Era Kolonial
1677 M: Karena berhasil menumpas pemberontakan Trunojoyo. Mataram menyerahkan wilayah Priangan kepada VOC sebagai imbalannya.
1720 M: Penanaman paksa Kopi di Priangan dimulai. Kebijakan paksa kemudian dikenal sebagai Preangerstelsel.
1799 M: VOC bubar, Belanda mengambil alih pemerintahan secara langsung.
1810 M: Daendels memprakarsai pembuatan Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan. Jalan itu kebetulan melintasi Bandung. Di saat bersamaan pusat pemerintahan Bandung berpindah dari Krapyak ke kawasan Asia-Afrika saat ini. Tahun ini sering dianggap sebagai hari jadi kota Bandung.
1825 M: Orang-orang asing non pribumi dilarang memasuki Bandung.
1852 M: Pelarangan orang Asing ke Bandung dihapus.
1864 M: Ibukota Karesidenan Priangan berpindah dari Cianjur ke Bandung akibat letusan Gunung Gede.
1884 M: Stasiun Kereta Api Bandung resmi beroperasi. Jaringan kereta api membuka Bandung dari keterisolasian secara geografis.
1906 M: Status Bandung ditingkatkan menjadi Gemeente (Pemerintah Kota).
1912 M: Tiga Serangkai Douwes Dekker, Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) dan Cipto Mangunkusumo mendirikan Indische Partij (IP).
1916 M: Kongres Sarekat Islam di Bandung. H.O.S Tjokroaminoto meminta pemerintahan sendiri bagi Hindia.
1923 M: Organisasi Islam Persatuan Islam (PERSIS) lahir sebagai wadah bagi kaum modernis Islam dengan tokohnya Ahmad Hassan dan Muhammad Natsir.
1924 M: Stasiun Radio pertama berdiri di Bandung tepat di kaki Gunung Malabar.
1927 M : Soekarno bersama kawan-kawannya mendirikan Partai Nasional Indonesia.
1929 M: Belanda menangkap tokoh-tokoh PNI termasuk Soekarno.
1930 M: Soekarno menyampaikan Pleidoinya yang paling terkenal yakni Indonesia Menggugat.
1942 M: Jepang membuat Belanda menyerah di Bandung dan diakhiri dengan penyerahan Belanda di Kalijati, Subang.