Masjid Al-Imtizaj: Simbol Kebhinnekaan Budaya Tionghoa-Islam di Kota Bandung
RomansaBandung.com – Masjid Al-Imtizaj, yang terletak di Jalan Banceuy nomor 8, Kota Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu keajaiban arsitektur yang menggabungkan nuansa oriental dengan arsitektur tradisional Islam.
Diresmikan untuk umum pada tanggal 6 Agustus 2010 atas inisiatif mantan Gubernur Jawa Barat, Raden Nana Nuriana, masjid ini menjadi simbol penting dari semangat keberagaman budaya di Indonesia.
Dengan kapasitas mencapai 200 orang, masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat interaksi sosial dan budaya bagi komunitas Muslim Tionghoa di Bandung.
Pembangunan Masjid Al-Imtizaj diprakarsai oleh Ir Danny Swardhani MBA, seorang arsitek ternama yang telah banyak berkontribusi dalam pembangunan masjid, termasuk Masjid Atta’awun Puncak di Bogor.
Inspirasi dari pembangunan masjid ini tidak hanya berasal dari kebutuhan akan tempat ibadah baru, tetapi juga dari keinginan untuk memperkaya seni arsitektur masjid dengan unsur budaya Tionghoa.
Sehingga, meskipun secara fisik berkubah seperti masjid pada umumnya, Masjid Al-Imtizaj tetap mempertahankan elemen-elemen estetika Tionghoa yang khas.
Dibangun oleh Komunitas Tionghoa
Sejarah pembangunan masjid ini juga mencerminkan semangat pembauran etnis Tionghoa Islam dengan umat Islam lainnya.
Pada saat pembangunan masjid ini dimulai, terbentuklah beberapa komunitas Muslim Tionghoa di Bandung, seperti Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Keluarga Persaudaraan Islam (KPI), dan Yayasan Ukhuwah Mualaf Indonesia (YUMI), yang kemudian bergabung dalam organisasi Ikatan Persaudaraan Tionghoa Islam (IPTI).
Dari segi fisik, Masjid Al-Imtizaj memang menawarkan pandangan yang unik dan menarik. Bangunannya didominasi oleh warna etnis Tionghoa, dengan gapura layaknya klenteng yang menjadi ciri khasnya.
Bahkan, beberapa lampion menggantung di sekitar masjid, menambah kesan magis pada suasana sekitar.
Tempat wudu yang berupa cawan emas serta pelataran dengan tempat duduk yang nyaman menunjukkan perhatian yang detail terhadap kenyamanan jamaah.
Di dalam masjid, area salat terbagi menjadi dua, untuk laki-laki dan perempuan, dengan akses yang terpisah.
Meskipun memiliki sentuhan budaya Tionghoa yang kental, gaya hiasan di dalam masjid hampir sama dengan masjid-masjid pada umumnya, dengan adanya mimbar, gelaran sajadah, dan hiasan kaligrafi yang memperindah dinding masjid.
Ini menunjukkan bahwa meskipun terinspirasi oleh budaya Tionghoa, Masjid Al-Imtizaj tetap menjadi tempat ibadah yang universal bagi umat Muslim di Bandung.
Dengan segala keunikan dan keindahannya, Masjid Al-Imtizaj bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol keberagaman budaya dan keharmonisan antara etnis Tionghoa dan Islam di Indonesia.