Memori Berkarat: Jembatan Jalur Kereta Api Bandung-Ciwidey Jadi Lokasi Syuting film Belanda
RomansaBandung.com – Menghadapi jembatan berkarat di atas sungai yang mengalir deras, rasanya seperti memasuki lorong waktu yang membawa kita kembali pada era kejayaan jalur kereta api Bandung-Ciwidey.
Dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) berdasarkan Undang-undang tertentu pada awal abad ke-20, jalur kereta ini menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah ekonomi dan politik di wilayah Priangan.
Sempat Menjadi Urat Nadi Transportasi Bandung Selatan
Diresmikan pada tanggal 13 Februari 1921, jalur kereta ini tidak hanya menjadi sarana transportasi vital bagi perekonomian lokal, tetapi juga menjadi simbol bagi perjuangan politik.
Kota-kota yang dilaluinya seperti Bandung, Cikudapateuh, hingga Ciwidey, menjadi saksi perjalanan panjang kereta api dan cerita di baliknya.
Jalur ini tidak hanya menjadi arteri perdagangan, tetapi juga menyaksikan peristiwa-peristiwa penting pada masa pergolakan politik.
Saat Bandung dilanda ‘lautan api’, kota-kota seperti Ciwidey menjadi garis demarkasi antara Belanda dan pejuang Republik serta rakyat yang terusir dari kota.
Namun, kejayaan itu tidak berlangsung selamanya.
Pada tahun 1972, kecelakaan yang tidak disebutkan secara spesifik mengakhiri operasi jalur kereta ini.
Alasan utama kemungkinan bukan hanya kecelakaan itu sendiri, tetapi juga keuntungan ekonomi yang menipis.
Hingga akhirnya, pada tahun 1982, PT. Kereta Api menutup jalur ini secara resmi.
Mati dan Jadi Lokasi Syuting Film Belanda
Meskipun sudah tidak aktif lagi, jembatan dan jalur kereta api ini masih hidup dalam ingatan banyak orang.
Salah satu momen penting dalam sejarah jembatan ini terjadi ketika menjadi lokasi syuting untuk film Belanda yang menggugah perasaan, “Oeroeg” pada tahun 1997.
Dalam film yang disutradarai oleh Hans Hylkema, adaptasi dari novel terkenal karya penulis Belanda Hella S. Haasse, jembatan Ciantik menjadi latar bagi salah satu adegan dramatis.
Cerita tentang pertukaran sandera antara karakter pribumi (Oeroeg) dan orang Belanda menciptakan ketegangan yang mendalam, menghadirkan perbedaan ideologi dan nasionalisme di tengah-tengah perang kemerdekaan Indonesia.
“Oeroeg” bukan hanya sekedar film, tetapi juga simbol dari upaya rekonsiliasi antara Belanda dan Indonesia, mengingat sejarah panjang hubungan keduanya yang dipenuhi dengan penjajahan dan konflik. Dengan melibatkan kerjasama antara Belanda, Belgia, dan Indonesia, film ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik.