Mengapa Bandung Disebut Sebagai Ibukota Priangan dalam Lagu “Hallo-Hallo Bandung”?
RomansaBandung.com -Di masa lalu, sistem administrasi wilayah di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan struktur yang kita kenal saat ini.
Pada masa kolonial Belanda, kekuasaan tertinggi dipegang oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang merupakan wakil pemerintah kolonial di Indonesia.
Di bawahnya, terdapat seorang residen yang bertanggung jawab atas sebuah karesidenan.
Salah satu karesidenan yang penting pada masa itu adalah Karesidenan Priangan.
Karesidenan ini memiliki sejarah yang panjang, dengan ibu kota awalnya berada di Cianjur. Namun, akibat letusan Gunung Gede pada tahun 1864, ibu kota dipindahkan ke Bandung oleh Residen van der Moor.
Karesidenan Priangan tidak hanya mencakup Bandung, tetapi juga wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
Meliputi Hampir Seluruh Provinsi Jawa Barat Masa Kini
Pada awalnya, Karesidenan Priangan terdiri dari beberapa wilayah kabupaten, termasuk Cianjur, Sukabumi, Sumedang, Sukapura, dan Limbangan.
Bandung sendiri menjadi pusat penting bagi karesidenan ini, baik dari segi ekonomi maupun pendidikan.
Di masa itu, Bandung menjadi lokasi universitas utama di Hindia Belanda dan juga menjadi pusat industri serta percetakan.
Seiring berjalannya waktu, struktur administrasi wilayah mengalami perubahan.
Pada tahun 1925, Karesidenan Priangan dimekarkan menjadi tiga keresidenan yang lebih kecil, yaitu West-Priangan, Midden-Priangan, dan Oost-Priangan.
Namun, pada tahun 1931, keresidenan tersebut diorganisasi ulang menjadi Keresidenan Buitenzorg dan Keresidenan Priangan.
Perubahan-perubahan tersebut mencerminkan dinamika administrasi kolonial di Indonesia, yang juga memengaruhi cara kita memahami sejarah dan geografi wilayah-wilayah tertentu, termasuk Bandung dan Priangan.
Oleh karena itu, saat lagu “Hallo-Hallo Bandung” menyebut Bandung sebagai ibu kota Priangan, ini merujuk pada struktur administrasi wilayah pada masa kolonial yang memiliki konteks dan sejarahnya sendiri.