Romansa Bandung

Mengapa Banyak Bangunan Belanda di Kawasan Bandung Utara?

Sekelompok Warga Belanda di kawasan Dago sekitar tahun 1900-an

“Belanda menjadikan kawasan Bandung Utara sebagai kawasan pemukiman utama orang-orang Eropa. Warisannya masih bisa terlihat dari banyaknya bangunan peninggalan Belanda di kawasan ini”

RomansaBandung.com – Cobalah sobat romansa sekali-kali main ke daerah Cipaganti, Dago, Tamansari, dll. Lalu lihat bangunan di sepanjang jalan itu dan perhatikan dengan sejenak. Sobat romansa sekalian akan mendapati bangunan-bangunan di sekitaran wilayah itu memiliki ciri khas arsitektur tersendiri dibanding bangunan-bangunan di tempat lain. Bangunan-bangunan di kawasan itu nampak sangat seragam dan teratur. Dan satu yang pasti ialah semua orang akan dengan mudah menduga bahwa bangunan-bangunan di tempat itu adalah warisan Belanda dan memang benar fakta yang ada menjelaskan secara demikian.

Tapi ada satu hal yang mungkin membuat sobat romansa sekalian penasaran ialah mengapa bangunan-bangunan warisan Belanda itu hanya menyebar di sekitar kawasan ini saja lebih tepatnya di kawasan Bandung Utara. Sementara di kawasan Bandung agak ke selatan atau ke sebelah barat dan timur kurang begitu banyak dijumpai deretan bangunan serupa demikian. Jawabannya bisa kita runut pada sejarah tata kota Bandung pada masa kolonial. 

Kawasan Pemukiman Orang Eropa

Sebuah Bangunan Belanda di Jalan Cipaganti

Di abad ke 19 pusat kota Bandung memang telah berpindah ke kawasan Jalan Asia-Afrika kini atau Alun-alun Bandung kini dari sebelumnya berada di kawasan Krapyak dekat tepian sungai Citarum atau kini lebih dikenal sebagai Dayeuhkolot. Saat itu Bandung masih sepi dan jumlah orang Eropa pun masih tak seberapa bahkan di tahun 1846 populasinya kurang dari 10 orang.

Namun di awal abad ke-20 Bandung masuk dalam rencana pemerintah Belanda sebagai ibukota masa depan koloni mereka di Hindia. Rencana itu tak hanya bualan Belanda karena sejak tahun 1910an Belanda mulai memindahkan beberapa kantor pemerintahannya ke Bandung. Misalnya Militer KNIL mulai bermarkas di Cimahi, kantor pos dan telegraf serta kantor pusat kereta api Hindia-Belanda dipindahkan ke kota Bandung.

Oleh karenanya di masa itu orang-orang Eropa terutama mereka yang berdinas di pemerintahan Hindia Belanda mulai membanjiri Bandung. Maka tak perlu heran di tahun 1920 statistik angka orang Eropa di Bandung mengalami peningkatan berlipat-lipat bahkan telah mencapai angka belasan ribu. Pemerintah Belanda lantas membangun kawasan hunian orang Eropa di kawasan Cipaganti, Setiabudhi, Cihampelas, Dago, dll. Kawasan hunian ini awalnya diperuntukan bagi mereka yang berdinas di kepegawaian pemerintah Hindia-Belanda.

 

Saat Indonesia Merdeka dan hubungan Indonesia-Belanda terus memburuk sebagai akibat sengkata masalah Irian Barat. Rumah-rumah disini mulai ditinggalkan orang-orang Belanda yang memilih kembali ke negerinya untuk menghindari kebencian kepada Belanda yang semakin kuat di antara orang Indonesia gara-gara masalah Papua. 

Bagaimana dengan Kawasan Lain di Kota Bandung?

Sementara di kawasan selatan Bandung boleh dibilang sebagai kawasan tradisional kota ini. Disini hampir sebagian besar orang asli Bandung beretnis Sunda tinggal dan menetap. Di wilayah ini juga sebagaimana dijelaskan di atas dahulu pusat kota Bandung berada tepat di wilayah Dayeuhkolot. Di wilayah selatan lebih jauh menuju pegunungan Patuha dan Dataran Tinggi Pangalengan perkebunan-perkebunan Teh milik tuan pekebun Belanda juga terletak disana.