Romansa Bandung

Mengenal Kampung Dukuh: Warisan Budaya dan Adat di Kabupaten Garut

Leuit, tempat penyimpanan Padi di Kampung Dukuh. (sumber: banhub.jabarprov.go.id)

“Menurut sejarah, Kampung Dukuh didirikan oleh seorang ulama bernama Syekh Abdul Jalil, yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk tata kehidupan dan nilai-nilai adat masyarakat Kampung Dukuh hingga hari ini.”

RomansaBandung.com – Kampung Dukuh adalah salah satu kampung adat yang masih mempertahankan warisan leluhur dan kearifan lokalnya di Kabupaten Garut.

Terletak di Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, kampung ini menjadi saksi perjalanan budaya masyarakat Sunda sejak abad ke-17.

Menurut sejarah, Kampung Dukuh didirikan oleh seorang ulama bernama Syekh Abdul Jalil, yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk tata kehidupan dan nilai-nilai adat masyarakat Kampung Dukuh hingga hari ini.

Sejarah Berdirinya Kampung Dukuh

Kampung Dukuh dibangun atas inisiatif Syekh Abdul Jalil, seorang ulama dari Sumedang yang meninggalkan jabatannya sebagai kepala agama di Kesultanan Sumedang. 

Ia mengajukan syarat agar hukum syara dan persatuan antara pemimpin dan rakyat tetap terjaga. 

Namun, ketika terjadi pelanggaran hukum dalam kasus pembunuhan utusan dari Kerajaan Banten, ia merasa kecewa dan memilih meninggalkan Sumedang. 

Dalam perjalanannya menuju selatan, ia akhirnya menetap di wilayah yang kini dikenal sebagai Kampung Dukuh, dengan dukungan masyarakat setempat, yaitu Aki dan Nini Candradiwangsa.

Wilayah Adat dan Kehidupan Sosial Kampung Dukuh

Kampung Dukuh terletak di antara alam yang masih murni dan memiliki batas-batas alamiah.

Sebelah utara dibatasi oleh Gunung Ragas (dikenal sebagai Haur Duni oleh masyarakat lokal), sebelah selatan oleh Pantai Selatan, sebelah barat oleh Sungai Cimangke, dan sebelah timur oleh Sungai Cipasarangan.

Batas wilayah adat ini kemudian dijadikan acuan administratif untuk Desa Cijambe, yang kemudian dimekarkan menjadi dua desa pada tahun 1984, yaitu Desa Karangsari dan Desa Cijambe.

Sebagian besar masyarakat Kampung Dukuh menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, baik dengan bercocok tanam di lahan basah (sawah) maupun di lahan kering (huma atau ladang). 

Sawah-sawah di Kampung Dukuh biasanya berada di tepi-tepi sungai, meskipun luasnya terbatas. 

Sementara itu, lahan kering menjadi tempat utama untuk berladang, mengingat lahan yang tersedia cukup luas. 

Kehidupan pertanian yang mereka jalani masih sangat tradisional, dengan menggunakan alat-alat sederhana dan pola tanam yang mengikuti siklus alam.

Selain bertani, masyarakat Kampung Dukuh juga memanfaatkan kekayaan alam di hutan sekitar, baik untuk kebutuhan kayu bakar maupun bahan bangunan rumah. 

Namun, setelah masuknya Perhutani ke wilayah tersebut, akses masyarakat adat terhadap hutan menjadi terbatas, sehingga sebagian besar dari mereka harus menyesuaikan cara mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Salah satu bentuk rumah adat di Kampung Adat Dukuh. (disparbud.garutkab.go.id)
Kampung Adat Dukuh di Kabupaten Garut. (jabarprov.go.id)
Bedug Musholla di Kampung Adat Dukuh, Kabupaten Garut. (indonesiakaya.com)

Warisan Budaya Kampung Adat Dukuh

Kampung Dukuh dikenal sebagai kawasan yang memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur mereka, terutama dalam hal menjaga kelestarian alam dan memelihara hubungan harmonis antarwarga. 

Syekh Abdul Jalil meninggalkan warisan nilai keagamaan yang kuat, yang hingga kini menjadi landasan hidup masyarakat setempat. 

Tradisi seperti upacara adat, doa bersama, dan penghormatan terhadap leluhur tetap dijaga, sehingga suasana kampung terasa damai dan penuh dengan kearifan lokal.

Kampung Dukuh merupakan destinasi menarik bagi mereka yang ingin merasakan suasana kampung adat yang asli di Jawa Barat. 

Para pengunjung akan disambut oleh suasana tenang, arsitektur rumah tradisional yang terbuat dari bambu dan kayu, serta keramahan masyarakat lokal. 

Meskipun kampung ini sudah semakin dikenal, masyarakat adat Kampung Dukuh tetap mempertahankan keaslian kampungnya dengan cara menjaga batasan dalam menerima pengaruh dari luar.

Kampung Dukuh di Garut bukan hanya sekadar destinasi wisata, tetapi juga cermin dari nilai-nilai budaya Sunda yang hidup dan terjaga. 

Kampung ini memberi kita kesempatan untuk belajar tentang pentingnya menjaga warisan leluhur dan menghormati alam sebagai bagian dari kehidupan yang berkelanjutan.