Menguasai Hampir 34 Bahasa, Orang ini Jadi Paling Jenius di Zaman Kolonial Belanda
RomansaBandung.com – Di balik tirai waktu yang memisahkan kita dari masa lalu, terdapat seorang sosok yang menantang batas-batas pengetahuan dan menginspirasi generasi dengan kecerdasan yang luar biasa.
Ia adalah Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono, seorang wartawan perang, penerjemah, guru, dan ahli kebatinan yang menerangi langit intelektual Indonesia.
Lahir pada 10 April 1877, ia adalah anak keempat dari R.M. Ario Sosrodiningrat dan kakak kandung dari sosok inspiratif R.A. Kartini, yang memimpin langkahnya menuju emansipasi wanita.
Orang Eropa mengenalnya sebagai “Si Jenius dari Timur“.
Berkelana menuju Eropa
Perjalanan pendidikan Sosrokartono membawa kita ke era di mana keberanian dan semangat mencapai puncak.
Setelah menyelesaikan studi di Europeesche Lagere School di Jepara, ia melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang.
Namun, jiwa petualangnya membawanya ke Belanda pada tahun 1898, tempat ia memutuskan untuk mengembangkan potensi dalam bidang Bahasa dan Kesusastraan Timur di Universitas Leiden.
Dia mencapai gelar Doctorandus in de Oostersche Talen, menjadi mahasiswa Indonesia pertama yang membuka jalan bagi generasi selanjutnya.
Wartawan Perang Sekutu selama Perang Dunia I
Namun, perjalanannya tidak terbatas pada wilayah akademis. Sosrokartono membawa penuh semangat dan pengetahuan yang luas ke medan perang.
Sebagai wartawan Perang Dunia I yang dipekerjakan oleh harian New York Herald Tribune, ia menemukan dirinya di Wina, Austria pada tahun 1917.
Dalam buku memoarnya, Mohammad Hatta mencatat bahwa Sosrokartono diberi gaji yang sangat besar sebesar USD1250, dan bahkan diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat untuk memfasilitasi pergerakannya.
Namun, bukan hanya sebagai wartawan, Sosrokartono juga membuktikan dirinya sebagai seorang pionir dengan kemampuan memotret kawah Gunung Kawi dari udara, jauh sebelum pesawat terbang menjadi alat yang umum digunakan.
Poliglot lebih dari 34 bahasa
Ketajaman pikiran dan semangat eksplorasinya tidak terbatas pada bahasa dan konflik dunia.
Sosrokartono menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa daerah di Nusantara, menjadikannya seorang poliglot yang menembus batas-batas komunikasi.
Sebagai anak bangsa yang penuh bakat, ia berkontribusi pada pembentukan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) pada tahun 1919, atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson.
Dalam periode 1919 hingga 1921, Sosrokartono memegang jabatan yang tak terbayangkan sebelumnya sebagai Kepala penerjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa, menjadikannya seorang duta bahasa tanpa tandingan.
Kemudian, Liga Bangsa-Bangsa berubah menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1921, mengikuti jejak perjalanan Sosrokartono yang tak terhenti.
Sang penyembuh
Di antara berbagai bakat dan prestasi yang luar biasa, ada satu aspek yang mencolok dari kehidupan Sosrokartono.
Ia dikenal sebagai “Dokter Air Putih” di Belanda, memiliki kemampuan ajaib untuk menyembuhkan penyakit hanya dengan menggunakan media air putih.
Sosrokartono mendengar kabar tentang seorang anak yang menderita penyakit yang tak tersembuhkan oleh beberapa dokter.
Penuh cinta kasih dan keinginan besar untuk meringankan penderitaan, ia segera menjenguk anak tersebut.
Tanpa ragu, ia meletakkan tangannya di atas dahi sang anak, dan sebuah keajaiban terjadi.
Dr. Raden Mas Panji Sosrokartono adalah seorang pahlawan intelektual yang menelusuri perjalanan yang penuh warna dan keberanian.
Ia mengajarkan kita tentang kekuatan pengetahuan, keberagaman bahasa, dan keajaiban yang tersembunyi dalam setiap jiwa yang penuh kasih. Kehadirannya yang gemilang akan selalu dikenang dan menginspirasi generasi mendatang.