Romansa Bandung

Mengungkap Kejayaan dan Sejarah Bandung Melalui Tiga Karya Buku Bersejarah

Kawasan Alun-alun Bandung sekitar tahun 1930-an. (id.wikipedia.org)

“Tiga buku ini banyak bercerita tentang Sejarah Bandung tempo dulu.”

RomansaBandung.com – Bandung, kota yang dikenal dengan julukan “Paris van Java,” memiliki sejarah dan budaya yang kaya, yang telah menarik perhatian banyak penulis untuk mendokumentasikannya. 

Di antara berbagai literatur tentang Bandung, terdapat tiga buku yang menonjol karena kedalaman penelitian dan keindahan penyajiannya: Bandung: Buku Semerbak Bunga di Bandung Raya karya Haryoto Kunto, Bandung Masa Revolusi karya John RW Smail, dan Album Bandoeng Tempo Doeloe karya Sudarsono Katam.

Bandung: Buku Semerbak Bunga di Bandung Raya

Buku Semerbak Bunga di Bandung Raya karya Haryoto Kunto. (sumber: alexx on x)

Ditulis oleh Haryoto Kunto, seorang penulis yang dikenal sebagai “Kuncen Bandung,” buku ini merupakan kumpulan cerita tentang keindahan, keunikan, dan perkembangan Bandung sejak masa kolonial hingga era modern.

Haryoto Kunto dengan cermat merekam berbagai aspek kehidupan masyarakat Bandung, seperti arsitektur bangunan tua, jalan-jalan bersejarah, dan perkembangan budaya masyarakatnya.

Buku ini tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi sejarah, tetapi juga sebagai penghormatan kepada kota Bandung.

Melalui narasi yang kaya dan penuh kehangatan, Kunto menghidupkan kembali memori Bandung tempo dulu.

Bagi pecinta sejarah dan budaya, buku ini menjadi salah satu referensi utama untuk memahami identitas Bandung.

Pembaca diajak menyelami masa kejayaan kota ini ketika menjadi pusat kebudayaan dan gaya hidup modern di Hindia Belanda.

Bandung Awal Revolusi 1945-1949

Buku Bandung Awal Revolusi Awal 1945-1946. (Pusat Sejarah Angkatan Darat)

John RW Smail, seorang sejarawan terkemuka, dalam bukunya Bandung Awal Revolusi (1945-1946), menawarkan perspektif yang lebih serius tentang peran Bandung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Buku ini menggambarkan Bandung sebagai salah satu episentrum perlawanan rakyat terhadap penjajah selama masa revolusi fisik (1945-1946).

Smail membahas dinamika sosial, politik, dan ekonomi Bandung pada masa itu dengan mendalam. Ia memberikan perhatian khusus pada keterlibatan pemuda dan tokoh masyarakat dalam pergerakan kemerdekaan.

Peristiwa-peristiwa penting, seperti “Bandung Lautan Api,” dijelaskan dengan latar belakang historis yang kaya, membuat pembaca dapat memahami dampak besar revolusi terhadap kota ini.

Buku ini menjadi salah satu bacaan wajib bagi mereka yang ingin memahami peran Bandung dalam sejarah perjuangan Indonesia. Smail tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai patriotisme yang diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Album Bandoeng Tempo Doeloe

(sumber:bpad.provyogyakarta)

Karya Sudarsono Katam ini menyuguhkan nostalgia yang mendalam melalui kumpulan foto-foto bersejarah Bandung pada masa kolonial. 

Buku ini lebih menyerupai album kenangan, yang mengabadikan wajah Bandung di era lampau.

Dalam Album Bandoeng Tempo Doeloe, pembaca dapat menemukan foto-foto bangunan ikonik, seperti Hotel Savoy Homann, Gedung Sate, dan Braga Street, yang menjadi simbol arsitektur kolonial di Bandung. 

Foto-foto ini dilengkapi dengan penjelasan singkat namun informatif, memberikan gambaran tentang bagaimana Bandung berkembang sebagai kota modern.

Buku ini cocok bagi mereka yang ingin melihat transformasi fisik dan sosial Bandung dari waktu ke waktu. 

Gaya visual yang dihadirkan oleh Sudarsono Katam membuat buku ini menjadi jendela ke masa lalu yang indah, memberikan penghormatan kepada sejarah visual Bandung.