Mengungkap Sejarah Makam Jerman di Megamendung: Jejak Perang Dunia II di Tanah Jawa
RomansaBandung.com – Saat berbicara tentang Megamendung, mungkin yang terlintas dalam pikiran adalah hamparan hijau dari perkebunan teh yang membuat keindahan alamnya yang memesona.
Namun, di balik keindahan tersebut, tersembunyi sebuah sejarah yang mungkin jarang diketahui oleh banyak orang: Makam Jerman di Megamendung, sebuah bukti nyata dari jejak Perang Dunia II di tanah Jawa.
Makam Pasukan Jerman yang Tewas di Perang Dunia II
Pada tahun 1926, dua kakak beradik Jerman, Emil dan Theodor Hellferich, membeli tanah seluas 900 hektar di Sukaresmi untuk membangun perkebunan teh.
Mereka juga membangun sebuah tugu untuk mengenang teman-teman mereka yang gugur dalam Perang Dunia I.
Selama proses pembangunan perkebunan, banyak orang Jerman lainnya yang bergabung dengan mereka, termasuk dokter, insinyur, tukang kayu, dan seniman.
Pada tahun 1928, Helfferich bersaudara kembali ke Jerman, dan perkebunan teh diurus oleh Albert Vehring.
Namun, pada tahun 1939, Perang Dunia II meletus. Hitler, yang didukung oleh Partai Nazi, menyatakan perang, dan Jepang yang menjadi sekutu Jerman berhasil menaklukkan Belanda pada tahun 1943.
Tentara Jerman bersama Jepang kembali masuk ke Jawa, dan tentara Angkatan Laut Nazi Jerman (Kriegsmarine) dari armada kapal selam U-195 dan U-196 mengambil alih kembali kebun teh di Sukaresmi.
Namun, seperti yang terjadi pada sebagian besar pasukan Jerman dan Jepang, mereka juga kalah dalam perang.
Beberapa tentara Jerman yang terlibat dalam pertempuran di Jawa gugur, dan 10 di antaranya dimakamkan di Megamendung.
Mereka termasuk Letnan Friederich Steinfeld, yang meninggal karena disentri dalam tawanan pasukan sekutu, serta Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens, yang gugur di tangan pejuang kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 karena disangka tentara Belanda.
Terdapat juga catatan tentang Letnan Laut W Martens yang terbunuh dalam perjalanan kereta api Jakarta-Bogor, Kopral Satu Willi Petschow yang meninggal karena sakit di perkebunan teh mereka, Letnan Kapten Herman Tangermann yang meninggal karena kecelakaan, serta Dr. Heinz Haake dan Eduard Onnen.
Selain itu, terdapat dua makam dengan tulisan ‘Unbekannt’ atau tanpa nama.
Makam ini, yang terletak di Desa Pasir Muncang, Gadog, Ciawi Bogor, dikenal sebagai Situs Makam Jerman Arca Domas.
Ini menjadi bukti tak terbantahkan tentang adanya keterlibatan pasukan militer Jerman pada Perang Pasifik di wilayah Hindia Belanda.