Romansa Bandung

Mucikari CERMIN (CERITA NYEREMIN)

Wisata Bandung

“Ketika Bejo mengetuk pintu dan memanggil Mbak Narsih di kamarnya, tak ada satupun sahutan yang menjawabnya.”

RomansaBandung.com – Terang bulan malam Minggu ini sesekali tertutup awan yang melintas di depannya.

Bejo yang seorang Mucikari seperti biasa menunggu instruksi dari Mbak Narsih untuk mengantarnya pulang pergi menemui “pelanggan” di hotel X tengah kota.

Tak ada satupun pesan yang masuk ke  telepon genggamnya malam ini.

Bejo pun berinisiatif untuk menjemput Mbak Narsih di sudut ruko seperti biasa.

Deretan ruko tua yang sudah lapuk dan gelap tanpa penerangan merupakan titik kumpul para “pengusaha malam”.

Bejo menuju ke arah gang paling ujung sebelah selatan ruko.

Benar saja disana ada Mbak Narsih seorang diri.

Bejo pun menyapa dan menawarkan sebatang rokok yang baru dibelinya dari warung pertigaan jalan tadi sore.

“Mbak, tumben kok Ndak nelepon saya malam ini? Apa lagi sepi mbak?” Tanya Bejo.

Mbak Narsih hanya menikmati rokoknya di tangan sambil menatap bayangan rembulan di atas air yang tergenang di permukaan jalan.

“Antar aku pulang Jo” ucapnya kepada Bejo.

Mereka pun lantas bersiap menuju kontrakkan tempat tinggal Mbak Narsih di belakang Mall Z yang terkenal paling megah itu.

Sesampainya di kontrakan, Bejo membukakan pintunya untuk Mbak Narsih.

Kunci kontrakan sengaja diduplikasi oleh Mbak Narsih agar dapat menyuruh Bejo bersih-bersih kamar ketika Mbak Narsih sedang pulang kampung.

Mbak Narsih langsung menuju kamarnya tanpa sepatah kata pun.

Bejo minta izin untuk ke toilet dulu sebentar sebelum pamit pulang.

Di luar rumah terdengar suara orang yang sedang mengetuk pintu berkali-kali.

Bejo yang sedang dalam toilet pun terburu-buru memakai celana jeans yang berlubang di kedua lututnya.

Pikirnya mungkin Mbak Narsih sudah pulas tertidur tanpa tahu ada orang yang sedang mengetuk pintu di luar.

Salah Seorang diantaranya yang tampak seperti berpakaian preman dan berkumis tebal menunjukkan kartu anggota kepolisian sektor kota X kepada Bejo.

Polisi itu menjelaskan bahwa Mbak Narsih saat ini sedang di autopsi di rumah sakit terdekat untuk memastikan kematiannya di hotel X tengah malam kemarin pukul satu dini hari.

Polisi pun sengaja mendatangi kontrakan ini karena mungkin ada saudara ataupun teman yang tinggal bersamanya.

Karena mereka mendapatkan informasi bahwa yang sering menemani Mbak Narsih bekerja adalah Bejo teman dekatnya.

Bejo pun kooperatif dan memperkenalkan dirinya.

Ia kembali ke dalam sebentar untuk mengambil kunci motornya dan ingin meyakinkan bahwa polisi itu salah orang.

Karena dia baru saja mengantar Mbak Narsih pulang dan tertidur pulas di kamarnya.

Ketika Bejo mengetuk pintu dan memanggil Mbak Narsih di kamarnya, tak ada satupun sahutan yang menjawabnya.

Lantas ia pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamar nya.

Kosong. Hanya ada sebatang rokok yang masih menyala di atas asbak kayu jati.

 

Cicalengka, Minggu 31 Juli 2022

(Antologi CERMIN)

Gunung Tangkuban Perahu

Kawah Gunung Tangkuban Perahu

Terletak di bagian utara Bandung, Takuban Perahu adalah tempat yang paling banyak dikunjungi di antara tempat lain di Bandung. Lokasinya yang mudah diakses dan dijangkau adalah elemen kunci yang menjadikan tempat ini favorit. 

Lebih dari sekedar akses yang mudah, keragaman situsnya menjadi daya tarik lain bagi masyarakat untuk berkunjung, terutama banyaknya kawah gunung berapi dan pemandian air panas yang juga tersebar di sekitarnya. 

Mooi Bandoeng (3 September 1934:45), salah satu majalah pariwisata kala itu, menyebut lima kawah indah yang menjadi pemandangan alamnya pada 3 September 1934. Yaitu kawah Upas, Ratu, Djoerig, Siloeman, Djarian, dan Ecoma.

Pemandian air panas juga menjadi favorit, banyak turis dari Eropa dan Jepang, mencari manfaatnya untuk efisiensi dari air belerang dan pengalaman santainya. Di sini Mooi Bandoeng (7 Januari 1936: 104) menyebutkan Kampung Tjikidang adalah salah satu yang bisa disebutkan dari banyak tempat.