Romansa Bandung

Orang-Orang Asing Pertama yang Mengunjungi Bandung

Litografi berburu rusa di Bale Endah

“Sejak abad ke-16 beberapa orang asing telah keluyuran ke Kota Bandung. “

RomansaBandung.com – Bandung, sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa BaratIndonesia, memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Sejarah Bandung tidak hanya terkait dengan penduduk pribumi, tetapi juga dengan orang-orang asing yang telah mengunjungi dan berkarya di kota ini.

Yulian da Silva, Perjalanan Seorang Mardjiker

Seorang Mardjiker bersama anak dan istrinya. (id. wikipedia.org)

Pada tahun 1641, seorang Mardijker bernama Yulian de Silva menulis catatan di Dagregister yang menyatakan bahwa ada sebuah negeri dinamakan Bandong yang terdiri dari 25 sampai 30 rumah.

Dengan demikian, penduduk di tempat itu diperkirakan berjumlah seratus dua puluhan jiwa dan diduga semuanya adalah orang Sunda.

Setelah kedatangan Mardijker tersebut, pemerintah Kompeni Belanda menamai daerah ini Negorij Bandong atau West Oedjoeng Broeng.

Namun, penduduk pribumi hanya mengenal „Tatar Ukur‟ yang dikepalai oleh seorang penguasa bernama Wangsanata atau lebih dikenal dengan sebutan Dipati UkurKasteel van Batavia atau Benteng Kompeni mengirimkan mata-matanya ke daerah Tatar Ukur untuk memata-matai daerah ini.

Abraham van Riebek

Abraham van Riebeeck. (en. wikipedia.org)

Selain Yulian de Silva, Abraham van Riebeek juga datang ke Bandung pada abad ke-17.

Ia adalah orang asing pertama yang mendaki Gunung Papandayan dan Gunung Tangkubanparahu.

Namun, sayangnya ia meninggal dalam perjalanan pulang dari puncak Tangkubanparahu pada tanggal 13 November 1713.

Dalam sejarah perkebunan kopi, van Riebeek dikenal sebagai orang pertama yang membawa benih kopi ke Bandung khususnya dan Pulau Jawa pada umumnya. Suburnya tanaman kopi di wilayah Bandung dan sekitarnya menimbulkan kebiasaan minum kopi bagi penduduknya.

Banyak penduduk yang menjadi buruh pemetik kopi, khususnya kaum wanita.

Para pemetik teh yang kebanyakan kaum wanita sering diganggu oleh tuan Belanda atau pun para mandor kebun.

Hal ini menyebabkan timbullah sebuah nyanyian rakyat yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Bandung khususnya, yaitu „Dengkleung déngdék, buah kopi raranggeuyan‟.

Di samping itu, dari kebiasaan meminum kopi yang dilakukan oleh masyarakat, kemudian menambah perbendaharaan kata dalam kosa kata Sunda.

Kata ngopi yang artinya „meminum air kopi‟, akan tetapi dalam keseharian, kata ngopi itu tidak saja ditujukan pada arti meminum air kopi, melainkan mempunyai makna yang lebih luas yaitu untuk mengajak makan-makan makanan ringan walaupun tanpa ada air kopi sekalipun.