Para Penguasa yang Terlibat Perselingkuhan: Ada yang Berujung Hilangnya Wilayah hingga Hura-hara Kerajaan
RomansaBandung.com – Dalam kronik sejarah, terdapat beragam kisah epik dari para penguasa yang menggemparkan dan juga memalukan.
Salah satu kisah epik yang paling menggemparkan dan cukup asyik untuk dibahas adalah perihal perselingkuhan yang dilakukan oleh para penguasa.
Uniknya gara-gara perselingkuhan ini para penguasa yang doyan selingkuh itu harus menerima konsekuensi yang cukup lumayan besar entah itu hilang wibawa bahkan hingga terjadi huru-hara di kerajaan.
Tulisan di bawah ini akan memberikan dua contoh para penguasa di tanah Jawa yang pernah terlibat skandal perselingkuhan.
Romansa Cinta Prabu Geusan Ulun dan Ratu Harisbaya
Takdir menggerakkan tarian berliku yang melibatkan Ratu Harisbaya, istri kebanggaan Sultan Cirebon, Pangeran Girilaya atau Panembahan Ratu, serta Prabu Geusan Ulun, penguasa Sumedang Larang.
Kisahnya bermula saat Prabu Geusan Ulun pulang selepas memperdalam agama Islam di Demak. Dalam perjalanan dia singgah sebentar dan bertemu Sultan Cirebon di Keraton.
Namun, Sebuah romansa terlarang tercipta di kunjungan.
Raja Sumedang Prabu Geusan Ulun terpikat dengan kecantikan yang tiada tara.
Tak mampu menahan letupan hati yang bergemuruh, Prabu Geusan ulun membawa lari Ratu Harisbaya dari Cirebon ke istananya di Sumedang.
Kejadian itu menimbulkan sorotan terang di permukaan, sekaligus membawa kekacauan bagi kerajaan.
Sultan Cirebon yang marah memerintah pasukannya untuk menyerbu wilayah Sumedang.
Karena serbuan Cirebon Geusan Ulun dan Ratu Harisbaya menyingkir ke Dayeuh Luhur.
Perang berakhir dengan kekalahan Sumedang dan kedua belah pihak yang bertikai setuju untuk mengadakan perdamaian.
Tapi lucunya entah sudah kepalang cinta dengan Prabu Geusan Ulun atau memang Ratu Harisbaya tidak sepenuh hati hidup bersama Sultan Cirebon.
Dia tidak mau ke kembali ke Cirebon dan memilih untuk terus tinggal bersama Prabu Geusan Ulun.
Sultan Cirebon pun lantas mentalaknya dengan syarat Sumedang wajib menyerahkan wilayah Sindang Kasih, yang kini kita kenal sebagai Kabupaten Majalengka kepada Cirebon sebagai pengganti talak tiga atas nama Ratu Harisbaya.
Sumedang pun setuju dan menyerahkan wilayah itu kepada Cirebon.
Setelah peristiwa itu berpindahlah pusat pemerintahan Sumedang Larang dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur, tempat di mana Prabu Geusan akhirnya beristirahat dalam kedamaian abadi bersama Ratu Harisbaya, yang telah menyulut nyala cinta di dalam hatinya.
Dari pernikahan keduannya, lahirlah Pangeran Kusumadinata IV.
Perselingkuhan Membawa Nestapa Bagi Kerajaan
Kisah perselingkuhan lainnya yang tak kalah drama muncul dari ayah dan anak anggota Wangsa Mataram.
Semuanya bermula dari sosok wanita bernama Rara Oyi, seorang putri anggun asal Surabaya.
Sunan Amangkurat I, penguasa Mataram Islam saat itu tengah berduka karena kepergian istri yang sangat dicintainya Ratu Malang.
Untuk menghibur hatinya yang tengah berduka Amangkurat I lantas memerintah bawahannya untuk mencarikan wanita yang akan mengisi hatinya.
Di Kali Mas, Surabaya, ditemukanlah Rara Oyi yang masih belia, dihiasi dengan pesona muda.
Rara Oyi pun dibawa ke Mataram dan dititipkan pada Wirorejo hingga dia tumbuh dewasa dan cukup usia untuk menikah.
Namun, Pangeran Tejaningrat, putra Amangkurat I, yang kelak bergelar Amangkurat I justru malah jatuh cinta dengan Rara Oyi.
Meskipun Rara Oyi adalah calon ibu tirinya sekaligus istri bapaknya.
Karena sudah kepalang kasmaran cinta keduanya terus tumbuh dan tiada seorapun yang mampu menghentikannya.
Amangkurat II yang sudah direngguk cinta ingin sekali memiliki Rara Oyi meskipun dia tahun hal itu akan sangat berbahaya.
Pangeran Pekik, atau mungkin Pangeran Purbaya (sumber berbeda menyebutkan namanya), menawarkan bantuan untuk menolong Adipati Anom atau Amangkurat II.
Pangeran Pekik membantu Amangkurat II untuk menculik Rara Oyi dan membawanya kabur.
Cinta yang terlarang ini kemudian tercium oleh sang ayah Amangkurat I.
Amangkurat I tentu saja marah dia memutuskan hukuman atas mereka yang terlibat dalam peristiwa yang memalukan ini.
Wiroredjo yang sebelumnya dia perintahkan menjaga Rara Oyi hingga dewasa. Dia asingkan dan dibunuh di tengah pengasingan.
Pangeran Pekik beserta keluarganya yang membantu pelarian Rara Oyi dibunuh.
Adipati Anom (Amangkurat I) yang juga anaknya mesti memilih antara hidup bersama Rara Oyi namun tanpa gelar penguasa, atau membunuh Rara Oyi dan tahtanya akan aman dan dia mendapat pengampunan.
Amangkurat II akhirnya menjatuhkan diri pada keputusan yang menyesakkan, dia memilih untuk membunuh Rara Oyi.
Tahta Amangkurat II sebagai penerus ayahnya pun tetap aman namun dia harus menghadapi pengasingan.
Pengasingan ini memicu dendam Amangkurat II pada sang ayah. Amangkurat II lantas menemui Trunojoyo seorang bangsawan Madura dan memintanya untuk melakukan pemberontakan pada Mataram.
Trunojoyo pun setuju dan dia kemudian melancarkan pemberontakan besar yang akan mengawali serangkain kekacauan panjang dan huru-hara di Kerajaan Mataram.
Kisah-kisah ini mencerminkan kehidupan yang penuh dengan liku-liku dan drama. Sejarah penuh dengan intrik dan romansa yang tak terduga, menjadikan zaman dahulu seperti panggung drama yang menggugah hati.