Perjalanan Aktivitas Soekarno di Bandung Selama Masa Kolonial
RomansaBandung.com – Soekarno menyelesaikan studi di Hollandsche Burger Sschool (HBS) Soerabaja pada bulan Juli 1921 bersama Djoko Asmo, rekan satu angkatannya.
Setelah itu, ia melanjutkan studinya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung, mengambil jurusan teknik sipil pada tahun 1921.
Meskipun meninggalkan kuliah selama dua bulan, Soekarno kembali mendaftar pada tahun 1922 dan berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 1926.
Pada tanggal 25 Mei 1926, Soekarno lulus ujian insinyur, dan pada Dies Natalis ke-6 TH Bandung tanggal 3 Juli 1926, dia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya.
Prof. Jacob Clay, ketua fakultas saat itu, menyatakan kepentingan khusus karena tiga orang insinyur Jawa, termasuk Soekarno, lulus.
Menikah dengan Inggit Garnasih
Ketika berada di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi, seorang anggota Sarekat Islam dan sahabat Tjokroaminoto.
Di sana, ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, pemimpin National Indische Partij saat itu.
Di tahun yang sama Haji Sanusi menceraikan istrinya Inggit Garnasih. Soekarno lantas menikahi janda Haji Sanusi.
Pernikahan mereka berlangsung pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung.
Inggit Garnasih, yang awalnya adalah ibu kos lalu menjadi istri Soekarno berperan besar dalam mendukung perjuangan Soekarno, baik dalam pembiayaan kuliah maupun aktivitas politiknya.
Meskipun namanya tidak tercantum dalam buku pelajaran, jasanya untuk kemerdekaan Indonesia sangat besar.
Karena tidak dikaruniai keterunan mereka bercerai pada tahun 1942, kisah cinta mereka tetap menjadi bagian dari sejarah, dan Inggit menyimpan perasaan terhadap Soekarno hingga saat kematiannya pada tanggal 13 April 1984.
Mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI)
Pada tanggal 4 Juli 1927, Perserikatan Nasional Indonesia didirikan di Bandung dengan tokoh pendiri seperti Tjipto Mangunkusumo, Sartono, Iskaq Tjokrohadisuryo, dan Sunaryo.
Pada tahun 1928, organisasi ini berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia.
Pemerintah Hindia Belanda khawatir terhadap ideologi nasionalisme PNI yang dianggap berpengaruh dan ekstrem.
Pada tanggal 24 Desember 1929, mereka mengeluarkan perintah penangkapan terhadap tokoh PNI di Yogyakarta, termasuk Soekarno.
Pengadilan terhadap mereka dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1930, dan setelah diadili di pengadilan Belanda, mereka dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung.
Saat pengadilan, Ir. Soekarno menulis pidato “Indonesia Menggugat” dan membacanya di hadapan pengadilan sebagai gugatan.