Perjalanan Gemilang Taufik Hidayat: Dari Klub SGS Bandung hingga Kepuncak Olimpiade
RomansaBandung.com – Taufik Hidayat, lahir pada 10 Agustus 1981, adalah mantan pemain bulu tangkis tunggal putra Indonesia.
Awalnya, ia bergabung dengan klub SGS PLN Bandung, di mana bakatnya berkembang di bawah bimbingan Iie Sumirat.
Puncak karirnya mencakup meraih medali emas di Olimpiade Athena 2004 dan menjadi juara dunia pada tahun 2005 dengan mengalahkan Lin Dan di final.
Pada usia 17 tahun, Taufik memenangkan Brunei Terbuka dan mencapai semifinal Kejuaraan Asia 1998 serta Indonesia Terbuka.
Gelar pertamanya di Indonesia Terbuka diraih pada tahun 1999, diikuti dengan meraih peringkat satu dunia pada tahun 2000 setelah menjuarai berbagai turnamen bergengsi.
Puncak Karir

Di Olimpiade Sydney 2000, Taufik mencapai perempat final, sedangkan pada Olimpiade Athena 2004, ia memenangkan medali emas tunggal putra.
Ia juga mempertahankan gelar Indonesia Terbuka pada tahun yang sama.
Keberhasilannya terus bertambah dengan meraih gelar Kejuaraan Dunia pada 2005, mengalahkan Lin Dan di final.
Meskipun mengikuti Olimpiade Musim Panas 2008 dan 2012, Taufik tidak mencapai prestasi yang sama seperti sebelumnya.
Ia resmi pensiun pada 12 Juni 2013 setelah mengalami kekalahan di Indonesia Terbuka.
Sebagai pemain, Taufik terkenal dengan smash tercepat mencapai 305 km/jam dan backhand smash tercepat mencapai 206 km/jam.
Selain itu, ia juga mahir dalam pukulan drop shot dan permainan net.
Di luar lapangan, Taufik menjalani kehidupan pribadi bersama istri Ami Gumelar, putri Agum Gumelar dan Linda Amalia Sari.
Mereka dikaruniai seorang putri, Natarina Alika Hidayat, pada 3 Agustus 2007, dan seorang putra, Nayottama Prawira Hidayat, pada 11 Juni 2010.
Setelah pensiun, Taufik terus memberikan kontribusi dalam dunia bulu tangkis, termasuk mendirikan Taufik Hidayat Arena (THA), sebuah pusat pelatihan bulu tangkis di Jakarta Timur.