Romansa Bandung

Raja-raja Sunda Paling Legendaris

Lukisan Sri Baduga Maharaja, Raja Sunda yang kerap diidentikan sebagai Prabu Siliwangi

“Sejak abad ke-1 M hingga abad ke-16, berbagai kerajaan silih berganti berkuasa di Tatar Sunda. Beberapa dari raja-raja itu bahkan banyak dikenang hingga saat ini.”

Purnawarman

Ilustrasi Raja Purnawarman oleh Wacana Nusantara

Purnawarman boleh dibilang Raja Sunda pertama yang namanya cukup masyur. Hal ini terjadi lantaran era pemerintahannya begitu banyak meninggalkan tinggalan berupa prasasti serupa Prasasti Ciaruteun, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Jambu.

Raja ini juga begitu dikenang dengan kebijakannya membangun sungai Candrabaga serta Kali Gomati guna mengatasi Banjir dan membangun saluran irigasi. Purnawarman berkuasa selama hampir 39 tahun sebagai Raja dari Kerajaan Tarumanegara yang terletak di kota Bogor saat ini. 

Prasasti Ciaruteun Salah Satu Prasasti Tinggalan Raja Purnawarman

Sanjaya

Prambanan warisana Kerajaan Medang yang didirikan oleh Sanjaya

Raja berikutnya ialah Sanjaya. Uniknya Sanjaya ini tidak hanya pernah berkuasa di Kerajaan Sunda Galuh, namun juga dia berkuasa di Kerajaan Medang atau Mataram Kuno. Kerajaan Medang ini terkenal akan peninggalannya yang berwujud candi, pemandian hingga istana yang tersebar di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. 

Sanjaya sendiri awalnya bertahta di Kerajaan Sunda Galuh. Namun karena mewarisi juga tahta yang sama di Kerajaan Kalingga. Dia pun menyerahkan tahta Sunda-Galuh kepada anakya Tamperan. 

Prabu Darmasiksa

Amanat Galunggung

Prabu Darmasiksa salah satu raja Sunda yang dikenal banyak menuangkan filosofi dan pandangan hidup orang Sunda. Filosofinya dituangkan dalam sebuah naskah yang kemudian masyur dengan nama Amanat Galunggung, Prabu Darmasiksa sendiri memerintah Kerajaan Sunda antara abad ke-12 dan 13.  

Prabu Linggabuana

Trowulan Ibukota dari Majapahit tempat insiden Bubat terjadi

Lingga Buana adalah termasyur sebagai Raja Sunda yang tewas selama Insiden Perang Bubat di Istana Majapahit. Awalnya dia datang ke Majapahit untuk menikahkan putrinya Dyah Pitaloka dengan Maharaja Majapahit Hayam Wuruk. Namun terjadi intrik dalam istana Majapahit yang menganggap Dyah Pitaloka hanyalah upeti tanda takluk kerajaan Sunda. 

Intrik Majapahit ini memicu kemarahan pihak Kerajaan Sunda. Linggabuana merasa terhina dengan perlakuan ini. Demi kehormatan Kerajaan Sunda, Lingga Buana bersama pengikutnya yang terdiri dari Patih, Menteri hingga sejumlah kecil prajurit memilih bertempur secara gagah berani melawan Prajurit Majapahit. 

Seluruh rombongan Kerajaan Sunda tewas dan Dyah Pitaloka yang tersisa lalu memilih bunuh diri. 

Sri Baduga Maharaja

Potrert Sri Baduga Maharaja

Sri Baduga Maharaja seringkali diidentikan dengan sosok Prabu Siliwangi. Selama pemerintahannya dia berhasil mempersatukan kembali dua kerajaan Sunda yang sempat terpisah Sunda dan Galuh. Sri Baduga juga memindahkan istananya ke Pakuan Padjajaran. Oleh karena itu kerajaannya lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Padjajaran (Bogor). 

Surawisesa

Prasasti Perjanjian Kerajaan Sunda dan Portugal

Surawisesa masih merupakan anak dari Sri Baduga Maharaja. Selama masa pemerintahannya Islam mulai menguat sebagai akibat muncul Cirebon dan Demak sebagai Kesultanan Muslim. Untuk mengatasi ancaman dari invasi kedua kesultanan itu Surawisesa memilih meminta bantuan Portugis di Malaka. Kedua utusan masing-masing kerajaan bertemu di daerah sekitaran Sunda Kelapa. Portugis sepakat akan membantu Kerajaan Sunda dengan imbalan Lada dan izin pendirian benteng di Sunda Kelapa.