Romansa Bandung

Sebelum di Kawasan Asia-Afrika Sekarang, Dimanakah Pusat Bandung Dulu?

Kawasan Alun-Alun Bandung Tempo Dulu (Museum Tropen)

“Sebelum di Kawasan Asia Afrika hari ini, Krapyak nama lama Dayeuhkolot sempat menjadi pusat pemerintahan Bandung.”

RomansaBandung.com – Sob berapa bulan lalu Kota Bandung telah merayakan hari jadinya yang ke-212. Selama dua abad berdiri Bandung telah tumbuh menjadi sebuah kota Metropolitan di Indonesia dengan segala macam carut-marutnya. 

Tapi sob, pernahkah sobat berpikir sebelum dulu Bandung berdiri. Kira-kira apa nama kota ini dan apakah kota ini telah ramai penduduk atau bagaimana?

Nah… untuk menjawab pertanyaan itu sobat perlu tahu terlebih dahulu bedanya kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Jadi sob, Kabupaten Bandung itu telah berdiri jauh di abad ke-17. 

Kota Bandung saat ini dulunya adalah bekas pusat pemerintahan Kabupaten Bandung. Selama kurun waktu abad ke-17 hingga 19 pusat Kabupaten Bandung itu terletak di Krapyak, tepat di pinggiran sungai Citarum.

Tentu sobat bertanya-tanya dimanakah letak Krapyak itu? Krapyak itu kini yang menjadi Dayeuhkolot. Dayeuh sendiri dalam bahasa Sunda itu memiliki arti kota, sedangkan kolot artinya tua. 

Dayeuhkolot berarti kota tua. Yah.. kota tua sebab musababnya dulu karena Dayeuhkolot ini adalah pusat Bandung dengan nama Krapyak.

Mengapa Krapyak Ditinggalkan?

Tiga Orang Tentara Belanda Tengah Berpatroli di Dayeuhkolot (KITLV)

Lantas setelah dua abad menjadi pusat Bandung mengapa Krapyak atau Dayeuhkolot kini ditinggalkan?

Semuanya berawal saat Daendels menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Daendels ini membangun Jalan Raya Pos yang terkenal itu yang membentang dari Anyer sampai Panarukan. Kebetulan jalan itu melintasi Bandung. Tapi sialnya jalan itu sama sekali tidak melewati Krapyak sebagai pusat Bandung saat itu.

Read More: Koleksi Foto Hitam Putih Alun-Alun Bandung Di Awal Abad ke-20

Oleh karenanya Daendels meminta kepada Bupati Bandung saat itu R.A.A Wiranatakusumah II untuk memindahkan pusat pemerintahannya pada posisi yang strategis. Awalnya daerah Cipaganti sekarang dirasa cocok tapi kemudian disadari letaknya kejauhan dari Jalan Raya Pos.

Hingga beberapa waktu kemudian Bupati Bandung menemukan sebuah tempat yang strategis tepat di dekat sungai Cikapundung serta Jalan Asia-Afrika sekarang. 

Tempat itu pun disetujui oleh Daendels dengan ucapannya yang terkenal itu “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd” (Usahakan bila aku kembali kota ini telah dibangun.”

Oh iya… sob, banjir juga menjadi salah satu alasan pusat pemerintahan Bandung berpindah. Jadi sobat-sobat tidak perlu heran jikalau sering mendengar kawasan Dayeuhkolot selalu kebanjiran.

Faktanya banjir di kawasan itu memang tampaknya sudah menjadi langganan di kawasan itu sejak dulu. Sebab musababnya pun sama meluapnya aliran sungai Citarum saat hujan tiba. Jadi itulah alasan mengapa pusat Bandung harus pindah di waktu dulu. 

Herman Willem Daendels

Sejak saat itu Bupati Bandung mulai memindahkan pusat pemerintahnnya kesana dengan mula-mula membangun Masjid Agung Bandung (kini Masjid Raya Bandung), Pendopo Bupati (Pendopo Walikota), Pasar hingga Alun-Alun. 

Pemerintah Hindia Belanda lantas mengeluarkan surat penetapan berupa Besluit pada 25 September 1810. Nah… tanggal penetapan itulah yang jadi hari lahir kota Bandung.

Jadi sobat sejak saat itulah pusat pemerintahan Bandung resmi berpindah dari Dayeuhkolot ke kawasan Asia-Afrika kini.

Pusat Bandung yang baru ini sendiri terus tumbuh menjadi cikal bakal Kota Bandung kelak dimulai dengan diberikannya status Gemeente (Kota) oleh pemerintah kolonial Belanda sejak 1906.

Sementara pusat kegiatan Bupati Bandung sendiri terus disana hingga tahun 70-an sebelum seluruh pusat pemerintahhnya dipindah ke Soreang.