Selayang Pandang Eksistensi Negara Pasundan Bikinan Belanda
RomansaBandung.com – Selama revolusi kemerdekaan Indonesia, ada segelintir orang Sunda yang tak suka Indonesia merdeka. Mereka merasa alam Indonesia merdeka malah akan menggerus hak-hak mereka sebagai seorang priyayi terhormat. Lantas segelintir orang Sunda ini nekat memproklamasikan sebuah negara baru dengan sokongan Belanda bernama Negara Pasundan.
Aktor di balik Proklamasi negara Pasundan ini adalah Soeria Kartalegawa yang di zaman kolonial dulu pernah menjabat sebagai Bupati Garut. Berlainan dengan kebanyakan orang Sunda yang sangat pro-kemerdekaan dan Republik Indonesia. Mang Soeria Kartalegawa ini sangat tidak senang sekaligus jengkel dengan keberadaan Republik Indonesia.
Dia merasa keberadaan Republik Indonesia hanya akan menggerus keistimewaannya sebagai seorang menak atau bangsawan Sunda. Rakyat jelata tidak akan lagi menghormati mereka. Oleh karena itu dengan nekatnya dia bersama segelintir orang Sunda lain yang satu paham dengannya memproklamasikan Negara Pasundan di Alun-alun Bandung tahun 1947.
Ditentang sesama Orang Sunda dan Dicurigai Belanda
Tapi nyatanya kebanyakan orang Sunda maupun Belanda tidak begitu menyukai sosok Mang Kartalegawa ini. Bagi orang Sunda si Mang Kartalegawa ini tak lebih dari seorang boneka dan babunya Belanda. Bahkan ibu dan saudaranya saja marah-marah saat tahu kebebalan Soeria Kartalegawa saat memproklamasikan Negara Pasundan.
Sementara itu di mata Belanda Mang Kartalegawa ini orang sangat tidak dipercaya. Saking sangat tidak percayanya Belanda sempat ogah-ogahan buat mendukung proklamasi Negara Pasundan kreasi Kartalegawa dan koleganya itu. Tapi karena tidak ada tokoh lain yang sangat anti Republik selain dia. Yah… bagi Belanda apa boleh buat.
Selain itu konon kabarnya di zaman kolonial dulu saat menjabat sebagai Bupati Garut. Mang Kartalegawa ini sangat sering menilep anggaran dan duit. Bahkan Van Mook menjulukinya sebagai seorang yang korup. Dari sinilah ketidakpercayaan Belanda bermula.
Negara Pasundan Jilid II dan Sikap Pro-Republik
Karena memang dasarnya semua orang tidak ada yang percaya dengan Mang Kartalegawa ini. Tak aneh Negara Pasundan bikinannya tidak berkembang dan hidup seumur jagung.
Di tahun 1948 Belanda mencoba peruntungan lagi untuk membentuk Negara Pasundan. Percobaan kedua kali ini cukup berhasil. Tapi sialnya bagi Belanda, orang yang menduduki kursi Wali Negara dan Perdana Menteri negara bikinan mereka itu malah orang-orang yang sangat Pro-Republik Indonesia. Mereka adalah R.A.A Wiranatakusumah II dan Adil Puradiredja.
Hilman Djajadiningrat yang begitu pro-Belanda malah tidak terpilih saat proses pemilihan Wali Negara Pasundan berlangsung. Jadilah dengan sangat terpaksa mereka mengakui Wiranatakusumah sebagai Wali Negara Pasundan pertama. Apalagi Belanda juga tahu Wiranatakusumah cukup berpengaruh di kalangan orang-orang Sunda.
Sikap Pro-Republik Wiranatakusumah sangat terlihat saat Negara Pasundan turut ambil bagian dalam sikap mengecam Agresi Militer Belanda II ke Yogyakarta dan wilayah-wilayah Republik Indonesia akhir tahun 1948 dan awal tahun 1949.
Bubar dan Bergabung Kembali dengan Republik Indonesia
Beberapa minggu setelah penyerahan kedaulatan Westerling bersama komplotannya menyerbu kota Bandung dan membunuh setiap anggota TNI yang mereka temui. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Peristiwa Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) atau Kudeta APRA.
Westerling memaksa komplotan para bekas anggota KNIL untuk diakui sebagai Tentara Negara Pasundan dan meminta setiap upaya untuk penghapusan negara itu segera dihentikan. Akan tetapi gerakan itu gagal Westerling kabur ke luar negeri dan beberapa anggota komplotannya dibekuk dan dipenjara.
Kegaduhan Kudeta-APRA ini memicu percepatan peleburan Negara Pasundan dengan Republik Indonesia. Di bulan April tahun 1950, Negara Pasundan resmi bubar dan bergabung dengan Republik Indonesia.