Siap-Siap Terpesona! Inilah Keindahan Perjalanan dengan Kereta Argo Parahyangan
RomansaBandung.com – Kereta api Argo Parahyangan adalah layanan kereta yang menghubungkan perjalanan dari pagi hingga malam dalam kedua arah, dengan jarak sekitar 169 km dan waktu tempuh rata-rata 3 jam 15 menit.
Asal usul nama Argo Parahyangan berasal dari dua kata, yaitu “Argo” dan “Parahyangan”. Kata “Parahyangan” dalam bahasa Sunda dan “Preanger” dalam bahasa Belanda merujuk pada daerah pegunungan tempat kebudayaan Suku Sunda berkembang.
Menurut buku berjudul “Seabad Grand Hotel Preanger 1897–1997” (2000), kata “Parahyangan” berasal dari kata “rahyang” dengan awalan “pa-” dan akhiran “-an”, yang berarti “tempat bersemayam para rahyang—roh nenek moyang atau dewa”.
Sementara itu, nama “Argo” menandakan adanya penamaan turunan dari layanan sebelumnya, yaitu Argo Gede.
Kereta api Argo Parahyangan mulai beroperasi pada 27 April 2010, merupakan penggabungan layanan kereta api Argo Gede dan Parahyangan.
Berawal dari Kereta Api Parahyangan dan Argo Gede
Awalnya, Kereta api Parahyangan diluncurkan pada 31 Juli 1971 oleh Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), menawarkan layanan kelas bisnis dan eksekutif dengan waktu tempuh empat jam tiga menit dari Bandung menuju Jakarta.
Selama awal pengoperasiannya, kereta ini menggunakan lokomotif BB301 sebagai penarik, kemudian digantikan oleh lokomotif CC201. Pada tahun 1980-an, kereta ini menjadi pilihan populer bagi masyarakat, dan ada pengoperasian dengan empat belas kereta dalam satu rangkaian.
Namun, pada tahun 2005, pengoperasian jalan tol Cipularang mengakibatkan penurunan tingkat keterisian penumpang, sehingga KAI memberlakukan diskon tarif sebelum akhirnya menghentikan layanan ini pada 27 April 2010.
Kereta api Argo Gede merupakan layanan kereta api Argo pertama yang beroperasi mulai 31 Juli 1995.
Kereta ini menawarkan perjalanan dari Jakarta ke Bandung dalam waktu 2,5 jam dan menggunakan kereta buatan INKA keluaran 1995.
Pada tahun 2001, PT KA meluncurkan layanan kereta api Argo Gede II untuk menambah jumlah perjalanan lintas Jakarta–Bandung.
Meskipun pengoperasian jalan tol Cipularang juga mempengaruhi tingkat keterisian penumpang, tingkat keterisian kereta api Argo Gede tetap lebih tinggi dibandingkan dengan kereta api Parahyangan.
Menjadi Argo Parahyangan
Kemudian, Kereta api Argo Parahyangan dihasilkan dari penggabungan layanan Argo Gede dan Parahyangan pada 26 April 2010 sebagai tanggapan atas kekecewaan masyarakat setelah penghentian layanan kereta api Parahyangan.
Awalnya, kereta ini beroperasi dengan rangkaian kereta kelas eksekutif dan bisnis.
Namun, karena permintaan lebih tinggi untuk kelas eksekutif, kelas bisnis dihilangkan pada beberapa perjalanan, dan hingga tahun 2016, kereta ini memiliki dua jenis layanan, yaitu kelas eksekutif dan campuran (eksekutif-bisnis).
Setelah itu, kelas bisnis kembali ditambahkan pada beberapa perjalanan.
Pada tahun 2016, layanan kelas bisnis diubah menjadi kelas ekonomi plus dengan rangkaian kereta buatan INKA keluaran 2016.
Peningkatan tingkat keterisian juga menyebabkan penambahan perjalanan.
Pada tahun 2017 hingga 2019, kereta ini mulai menggunakan rangkaian kereta buatan INKA kelas ekonomi premium keluaran 2017 dan kelas eksekutif berbahan baja nirkarat keluaran 2018.
Sejak 1 Oktober 2019, KAI meluncurkan layanan Argo Parahyangan Excellence dengan waktu tempuh lebih singkat, yaitu empat jam 50 menit.
Kereta ini memiliki empat perjalanan pulang-pergi secara reguler dan enam kali perjalanan kereta api fakultatif.
Pada 3 Februari 2023, kereta ini juga menyediakan layanan Kereta Panoramic yang dioperasikan pada bulan Februari 2023 pada hari Jumat untuk nomor KA 44A dan Minggu untuk nomor KA 51A.
Namun, ada perubahan dalam grafik perjalanan kereta api pada 1 Juni 2023, di mana Stasiun Kiaracondong tidak dilayani oleh kereta api Argo Parahyangan seperti sebelumnya.
Rangkaian kereta Panoramic kini beroperasi setiap hari dengan nomor KA 43 dan 44 pada jadwal pagi serta KA 45 dan 46 pada jadwal petang.