Romansa Bandung

Siapa Prabu Siliwangi?

“Dalam ingatan kolektif, ia adalah simbol keadilan dan keberanian, seorang penguasa yang bijaksana, gagah perkasa, dan membawa kemakmuran bagi rakyatnya.”

RomansaBandung.com – Di tengah lebatnya hutan belantara Jawa Barat, di antara bayang-bayang legenda dan kenyataan, berdiri kisah seorang raja agung yang kini menghuni alam mitos.

Nama yang harum ini, Prabu Siliwangi, adalah sosok yang selalu hidup dalam cerita rakyat Sunda, sosok yang tak hanya dikenal sebagai raja besar Pajajaran, tetapi juga sebagai penguasa spiritual yang moksa menjadi harimau mistis.

Keberadaannya menjadi misteri yang terus hidup, membaur antara masa kejayaan dan kejatuhan kerajaan Sunda.

Bagi masyarakat Sunda, Prabu Siliwangi bukanlah raja biasa.

Dalam ingatan kolektif, ia adalah simbol keadilan dan keberanian, seorang penguasa yang bijaksana, gagah perkasa, dan membawa kemakmuran bagi rakyatnya.

Namun, seperti halnya semua cerita besar, kisahnya tidak terlepas dari kabut mitos yang membuatnya semakin sulit dijangkau oleh sejarah.

Nama “Siliwangi” sendiri menyiratkan pewarisan keharuman raja-raja sebelumnya, merujuk pada penerus Maharaja Linggabuana yang gugur secara heroik dalam tragedi Perang Bubat pada tahun 1357.

Linggabuana diberikan gelar Wangi—raja yang harum namanya—karena keberaniannya membela kehormatan Kerajaan Sunda melawan Majapahit.

Sementara Prabu Siliwangi disebut sebagai penerus Raja Wangi, seolah-olah mewarisi keagungan dan kehormatan leluhur yang selalu dikenang.

Namun, di balik itu, siapa sebenarnya Prabu Siliwangi?

Raja yang Hilang

Ketika kerajaan Pajajaran berdiri di puncak keemasannya, Prabu Siliwangi memerintah dengan kebijaksanaan yang tak tertandingi.

Tetapi, kisahnya mulai menjadi kabur saat kerajaan Pajajaran mulai runtuh di bawah tekanan Islam dari kerajaan-kerajaan baru seperti Cirebon dan Banten.

Prabu Siliwangi yang dikenal setia pada keyakinan Hindu-Buddha menolak berpindah agama.

Namun, kisah ini tidak berakhir dengan peperangan berdarah.

Ada misteri yang lebih dalam—sang raja memilih jalan moksa, menghilang secara spiritual dan fisik, menuju alam gaib.

Legenda Sunda menyebutkan bahwa Prabu Siliwangi, tak ingin melawan pasukan Cirebon yang dipimpin oleh anaknya sendiri, memilih untuk menghilang dari dunia fana.

Ditemani pengikut setianya, ia mundur ke Gunung Salak, sebuah tempat yang dipercaya sebagai pusat kekuatan spiritual.

Di sana, sang raja tidak mati dalam pengertian manusia biasa, tetapi lenyap, menyatu dengan alam semesta dan menjelma menjadi sosok harimau suci, penjaga yang abadi.

Konon, setelah kemundurannya, hutan-hutan sekitar Pakuan Pajajaran dipenuhi oleh harimau-harimau mistis yang dianggap sebagai jelmaan sang raja dan para pengikutnya.

Keberadaan harimau ini dianggap sebagai simbol kehadiran kekuatan spiritual Prabu Siliwangi yang tak pernah benar-benar lenyap dari tanah Sunda.

Harimau Penjaga Reruntuhan Pakuan

Bahkan setelah kerajaan Pajajaran ditinggalkan, hutan di sekitar bekas ibu kota kerajaan berubah menjadi wilayah misterius yang tidak sembarang orang dapat menjelajahinya.

Pada abad ke-17, ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Pieter Scipio van Oostende mencoba menjelajahi reruntuhan Pakuan.

Kisah yang muncul dari ekspedisi ini menguatkan legenda bahwa hutan bekas ibu kota dijaga oleh harimau-harimau gaib.

Salah satu anggota ekspedisi dilaporkan tewas diterkam oleh harimau, seolah membenarkan kisah mistis yang telah beredar di kalangan penduduk lokal.

Dalam laporan yang ditulis oleh Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs pada 1687, disebutkan bahwa di sekitar prasasti Batutulis yang dikeramatkan, terdapat “penjaga harimau” yang menjaga bekas istana raja Pajajaran.

Penampakan harimau ini tidak hanya terjadi sekali, tetapi dilaporkan berkali-kali oleh berbagai pihak yang berusaha mendekati reruntuhan.

Bagi orang-orang Sunda, harimau-harimau ini bukanlah sekadar binatang buas, tetapi manifestasi dari kekuatan Prabu Siliwangi yang tetap melindungi tanah leluhurnya.

Dalam Ingatan Orang Sunda

Hingga kini, mitos tentang Prabu Siliwangi dan harimaunya tetap hidup dalam tradisi lisan, dongeng, dan legenda Sunda.

Sang raja yang moksa, yang berubah menjadi sosok harimau gaib, dianggap masih menjaga Tatar Sunda dari alam gaib.

Dalam beberapa tradisi spiritual, terutama di daerah Gunung Salak dan Leuweung Sancang di Garut, nama Prabu Siliwangi terus disebut-sebut sebagai pelindung roh alam.

Legenda tentang harimau Siliwangi juga merambah hingga simbol militer, seperti lambang Divisi Siliwangi yang menggunakan harimau sebagai ikon.

Ini memperkuat citra harimau sebagai sosok penjaga dan pelindung yang diasosiasikan dengan kekuatan dan keteguhan.