Romansa Bandung

Situs Batu Nanceb

“Situs Batu Nanceb jadi Situs Megalit di Selatan Bandung.”

RomansaBandung.com – Situs Batu Nanceb terletak di kawasan Bukit Joglo, Kecamatan Kertasari. Batu ini memiliki tinggi sekitar 2,5 meter dan lebar 1 meter.

Dipercayai sebagai penanda bumi yang telah berusia ribuan tahun, juga sebagai batas wilayah pantai Danau Bandung Purba di bagian Selatan.

Pada masa kerajaan kuno, Batu Nanceb menjadi batas antara kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda.

Batuan Megalit

Menyusuri kawasan selatan Majalaya menuju Paseh dan Ibun, pemandangan purba menghiasi lahan tepi wiring Walahir.

Batu-batu megalitik, peninggalan prasejarah, masih terhampar tanpa terdeteksi.

Dolmen dan menhir, yang oleh penduduk setempat disebut batu nanceb, tersebar hingga wilayah Pangauban, Pacet.

Situs batu aseupan atau batu piramid Marongge juga menjadi daya tarik dengan berat mencapai ratusan ton. Dari bagian bawahnya mengalir mata air yang menjadi sumber air bagi masyarakat Pangauban dan sekitarnya. Batu tapak di Pasirpari, Gunung Manik, dan Cikatul menjadi misteri yang belum terungkap.

Batu tapak ini memiliki jarak sekitar 3 km antarbatu, menyerupai jejak kaki manusia dengan ukuran panjang sekitar 40 cm dan lebar 15 cm.

Sebuah sisa kepingan dunia lampau, jagat megalitikum.

Pada masa megalitikum, selain pembuatan kubur batu, masyarakat juga membuat dolmen dan menhir sebagai tanda batas wilayah.

Batu-batu megalit lain terdapat di kampung Sanding dengan situs Rancasaladah, tempat berbagai batu besar bertebaran dan mata air mengalir di antaranya.

Kehidupan Sejarah

Dahulu, kawasan ini merupakan aliran hulu sungai purba yang luas, namun seiring perubahan alam, sungai ini mengering dan ‘mati’.

Batuan besar yang tersisa menjadi tempat pertemuan bagi kelompok-kelompok tertentu, seperti pada awal penyebaran agama Islam di wilayah Bandung Timur Tenggara.

Batu-batu besar ini juga menjadi tempat latihan pasukan jagabaya pada masa Majapahit, di mana Prabu Hayam Wuruk mengirim pasukan untuk mempersiapkan prajurit tangguh sebagai konsekuensi dari Perang Bubat.

Ada tradisi lokal yang harus dijaga, seperti tidak boleh duduk di atas batu tertentu dan tidak boleh memindahkan batu-batu tersebut ke tempat lain.