Romansa Bandung

Syarifah Nawawi: Menolak Tan Malaka Dicerai Wiranatakusumah lewat Telegram

Syarifah Nawawi bersama Wiranatakusumah tahun 1920 (Tropenmuseum).

“Menolak cinta Tan Malaka yang tengah bersekolah di Negeri Belanda. Syarifah Nawawi memilih menikah bersama Wiranatakoesoemah yang malah menceraikannya lewat telegram.”

RomansaBandung.com – Namanya adalah Syarifah Nawawi. Ia adalah anak dari pasangan Nawawi Soetan Makmoer, seorang guru terkenal di Sekolah Raja (Kweekschool) Bukittinggi, dengan Chatimah. 

Syarifah adalah putri ketiga dari sembilan bersaudara. Dia jadi wanita pertama pertama di Sumatra Barat yang mengenyam pendidikan barat.

Setelah menamatkan pendidikan di Kweekschool Bukittinggi, Syarifah memutuskan untuk pindah ke Batavia. 

Namun, takdir menuntunya untuk bertemu Wiranatakusumah yang kelak jadi suaminya saat ia mengunjungi Cianjur bersama teman-temannya. 

Perkenalan mereka membawa keduanya untuk melanjutkan hubungan pada jenjang yang lebih serius. Bulan Mei tahun 1916 menjadi saksi pernikahan mereka.

Menolak Tan Malaka

Tan Malaka (id.wikipedia.org).

Namun, sebelum menikah dengan Wiranatakoesoema, dia sempat didekati oleh seorang pria bernama Tan Malaka yang memiliki kecerdasan luar biasa.

Tan Malaka dan dia sama-sama berasal dari Sumatra Barat.

Saat itu Tan Malaka tengah melanjutkan studi di sekolah Guru di Belanda.

Dari sana secara konstan Tan mengirim surat cintanya kepada Syarifah, namun sama sekali tidak pernah mendapatkan balasan.

Syarifah menolak cinta Tan dan memilih menikah bersama Wiranatakusumah. 

Dicerai Wiranatakusumah lewat Telegram

Kehidupan rumah tangga Syarifah dengan Wiranatakoesoema pun berlangsung singkat.

Saat sang suami tengah berhaji dia mengirim telegram kala ia dan anak-anaknya sedang berlibur di Bukittinggi di rumah orang tuanya.

Kesedihan mendalam melanda Syarifah, terlebih lagi karena ia sudah memiliki tiga orang anak.

Keputusan Wiranatakoesoema untuk menceraikan Syarifah lewat telegram tidak hanya menuai kecaman dari berbagai pihak, tetapi juga memicu reaksi keras dari H. Agus Salim.

Baik media di koran-koran Belanda maupun masyarakat pribumi ikut mengutuk tindakan tersebut.

Perbuatan Wiranatakoesoema dianggap tidak terhormat dan bertentangan dengan norma-norma yang ada.