Ternyata, Bandung Punya Pusat Konservasi Burung Langka ini. Siap-siap Terpesona!
RomansaBandung.com – Tidak begitu jauh dari perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut di sekitaran kawah Kamojang. Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) berada. Meskipun dekat dengan Bandung tempat ini terletak di Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pusat konservasi ini telah berdiri sejak tahun 2015, tetapi sayangnya belum banyak penduduk yang mengetahui tentang keberadaan pusat konservasi elang di puncak Garut ini.
Padahal, daerah Kamojang sudah lama menjadi tempat migrasi elang, khususnya Elang Jawa.
Selain berfungsi sebagai pusat konservasi, lokasi ini sekarang juga menjadi tempat edukasi bagi para pecinta hewan.
PKEK terletak di Blok Citepus Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Kamojang dengan luas lahan sekitar 11,4 hektar.
Untuk mencapainya, hanya diperlukan sekitar 45 menit perjalanan dari pusat Kota Garut. Tempat ini sangat menarik, berada di tengah puncak Garut yang sunyi, dan ternyata banyak burung eksotis yang mulai langka.
Perlindungan bagi beragam jenis burung Elang
Pusat ini merupakan tempat penangkaran puluhan jenis elang, seperti elang brontok, elang tikus, elang hitam, dan elang Jawa.
Burung gagak dan predator langit lainnya juga dipelihara di sini, dengan niat untuk kemudian dilepas ke alam liar saat mereka siap.
Banyak dari burung-burung ini merupakan hasil penyitaan petugas atau sumbangan dari warga yang semakin sadar akan pentingnya konservasi elang.
Namun, karena elang ini merupakan hewan yang sedang dalam proses konservasi dan persiapan untuk dilepas ke alam liar, tidak semua pengunjung dapat melihat seluruh koleksinya.
Hanya beberapa burung yang sudah sehat dan siap dilepas yang bisa dilihat oleh wisatawan.
Sejumlah sekitar 15 ekor elang tinggal di kandang khusus yang dapat dilihat oleh pengunjung. Sementara itu, elang lainnya menempati kandang rehabilitasi sementara.
Terbuka Bagi Pengunjung
Ketika pengunjung memasuki Pusat Konservasi Elang Kamojang, mereka akan disambut dengan ramah oleh para pengelola.
Mereka akan memberikan penjelasan tentang pentingnya konservasi burung elang yang terancam punah.
Pengelola juga akan mendampingi pengunjung saat mereka mengunjungi kandang-kandang tempat elang dipelihara, sambil memberikan informasi tentang asal-usul dan keberadaan burung-burung tersebut.
Tempat ini sangat cocok sebagai tujuan wisata edukasi, terutama ketika membawa anak-anak.
Pengunjung akan mendapatkan informasi lengkap tentang burung pemangsa ini, termasuk sejarah, jenis, dan cara mereka bertahan hidup.
Sebagai contoh, pengunjung akan memahami bahwa elang adalah burung monogami, yang setia pada pasangan mereka.
Selain itu, elang dikenal karena mata tajam mereka yang memungkinkan mereka mengamati mangsa dari jarak jauh bahkan saat terbang.
Mereka dapat mencapai kecepatan hingga 300 kilometer per jam saat mengejar mangsa.
Di tempat ini juga terdapat ruangan yang memberikan informasi lengkap tentang penangkaran dan berbagai jenis elang.
Banyak poster yang dipajang di sana dan terdapat berbagai jenis kandang, termasuk kandang display, kandang observasi, kandang karantina, kandang rehabilitasi, dan lainnya.
Pusat konservasi ini sudah memenuhi standar minimum untuk rehabilitasi satwa liar dan standar untuk tempat perlindungan burung pemangsa.
Ketika beruntung, pengunjung dapat melihat para pengelola merawat elang yang ditangkarkan.
Namun, pengunjung harus mematuhi peraturan dan memakai seragam khusus jika diperbolehkan mendekat.
Hal ini dilakukan karena pada tahun 2017, terjadi insiden yang menyedihkan di mana puluhan elang meninggal akibat serangan virus.
Lebih dari 40 elang diketahui telah mati akibat virus tersebut.
Bahkan, tempat ini sempat ditutup sementara untuk pengunjung.
Perubahan perilaku burung pemangsa sangat bergantung pada perawat, dan setiap perawat memiliki tanggung jawab pada kandang tertentu sesuai tahap rehabilitasi.
Mereka memberi makan elang dengan mangsa hidup seperti marmut, belut, dan ikan setiap pagi.
Namun, bagi elang yang belum mampu berburu dan membunuh mangsa hidup, mereka diberi mangsa mati.
Pemberian makanan ini juga menjadi tontonan menarik bagi pengunjung, karena membantu elang belajar cara bertahan hidup ketika dilepas ke alam liar nantinya.
Namun, hal ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena banyak elang yang dipelihara sebelumnya sudah terbiasa dengan pemberian makanan oleh manusia.
Selain aspek rehabilitasi medis, elang yang dulunya dipelihara oleh manusia juga perlu pulih dalam hal perilaku mereka.
Dengan mengunjungi pusat penangkaran elang ini, diharapkan edukasi dan perhatian terhadap burung-burung yang hampir punah akan semakin meningkat, dan perburuan liar terhadap elang di Nusantara dapat dihentikan.