Romansa Bandung

Tiga Orang Belanda yang Berkontribusi Besar pada Pembangunan Kota Bandung di Masa Kolonial

Karel Albert Rudolf Bosccha. (Tropenmuseum)

“Penjajahan Belanda pada satu sisi jadi masa terkelam dalam sejarah kota Bandung dan Indonesia umumnya. Tapi pada sisi lain banyak juga orang-orang Belanda yang memberikan kontribusi besar dalam pembangunan dan pengembangan kota Bandung”

RomansaBandung.com – Penjajahan Belanda memang menyisakan rasa kepedihan bagi sebagian besar bangsa Indonesia. Karena sangat begitu menindas dan diskriminasi orang-orang Belanda yang menguasai negeri kita saat itu. 

Akan tetapi ada juga orang-orang Belanda yang memberikan kontribusi besar pada pembangunan dan pengembangan kota Bandung. 

Siapa saja mereka? Berikut adalah lima orang Belanda yang dianggap sangat berjasa dan berkontribusi besar dalam pembangunan dan pengembangan Kota Bandung:

Karel Albert Rudolf Bosscha

Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928) adalah seorang pengusaha dan filantropis Belanda yang tinggal di Bandung, Jawa Barat. 

Ia memainkan peran penting dalam perkembangan industri dan perdagangan di Hindia Belanda pada awal abad ke-20.

Bosscha terlahir di kota Hengelo, Belanda pada tahun 1865. Ia adalah putra dari seorang pengusaha tekstil terkenal di Belanda. 

Pada tahun 1891, Bosscha pindah ke Hindia Belanda dan mulai bekerja di sebuah perusahaan dagang di Bandung. 

Ia kemudian mendirikan perusahaan dagang miliknya sendiri, yang menghasilkan banyak keuntungan dari perdagangan kopi dan teh di Hindia Belanda.

Selain sebagai pengusaha, Bosscha juga memiliki minat dalam ilmu pengetahuan, khususnya astronomi. Ia mendirikan Bosscha Observatory di Lembang, Bandung pada tahun 1923, yang menjadi pusat riset astronomi terkemuka di Indonesia. 

Observatorium ini didirikan sebagai wujud dari kepeduliannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia.

Bosscha meninggal dunia pada tahun 1928 di usia 63 tahun, dan dimakamkan di Bandung. Namanya diabadikan sebagai nama sebuah kampus ITB dan sebuah jalan utama di Bandung, serta diabadikan sebagai nama asteroid (3459 Bosscha) oleh International Astronomical Union.

Observatorium Bosscha (id.wikipedia.org)

Franz Wilhehm Junghuhn

Franz Wilhehm Junghuhn

Franz Wilhelm Junghuhn, lebih dikenal sebagai Junghuhn, adalah seorang naturalis dan ahli geologi Jerman yang pernah tinggal dan bekerja di Bandung pada abad ke-19. 

Ia adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah penelitian ilmiah di Indonesia, khususnya dalam bidang geologi, botani, dan etnografi.

Junghuhn tiba di Hindia Belanda pada tahun 1835, dan kemudian bekerja sebagai dokter di Batavia (sekarang Jakarta) selama beberapa tahun. 

Pada tahun 1840, ia dipindahkan ke Bandung untuk bekerja sebagai dokter di militer Belanda yang bermarkas di kota itu. Selain bekerja sebagai dokter, Junghuhn juga menghabiskan waktunya untuk melakukan penelitian ilmiah di daerah sekitar Bandung, khususnya pegunungan Malabar.

Junghuhn melakukan banyak penelitian ilmiah selama tinggal di Bandung. Ia mempelajari flora dan fauna di daerah tersebut, dan mengumpulkan banyak spesimen tumbuhan yang kemudian kini dijadikan koleksi di Museum Nasional Indonesia. 

Ia juga melakukan penelitian geologi dan geografi, dan menemukan banyak data penting tentang struktur geologi dan formasi batuan di Pegunungan Malabar.

Junghuhn meninggal dunia pada tahun 1864 di kediaman pribadinya di Lembang, Bandung pada usia 57 tahun. Namanya diabadikan sebagai nama sebuah taman di Bandung. 

Situ Patengang dalam lukisan Junghuhn
Gunung Guntur dalam lukisan Junghuhn

Wolff Schoemaker

Ir. Wolff Schoemaker

Ir. C.P. Wolff Schoemaker (1892-1945) adalah seorang arsitek Belanda yang berpraktik di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. 

Ia dikenal sebagai salah satu arsitek terkemuka di Indonesia pada masanya, dan banyak menciptakan bangunan-bangunan penting di kota Bandung dan Jakarta.

Wolff Schoemaker lahir di kota Den Haag, Belanda pada tahun 1892. 

Setelah menyelesaikan studinya di Technische Hogeschool Delft, ia pindah ke Hindia Belanda pada tahun 1913 untuk bekerja sebagai arsitek di Batavia (sekarang Jakarta). 

Selanjutnya, pada tahun 1919 ia membuka praktik arsiteknya di Bandung.

Wolff Schoemaker menciptakan banyak bangunan penting di Bandung dan Jakarta pada masa penjajahan Belanda, termasuk Gedung Sate dan Villa Isola di Bandung, serta Hotel des Indes dan Gereja Katedral Jakarta di Jakarta. 

Ia dikenal karena menciptakan bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur modern yang menggabungkan elemen-elemen tradisional Indonesia, seperti bentuk atap limas dan ornamen ukir.

Bangunan-bangunan hasil rancangan Wolff Schoemaker masih banyak yang bertahan hingga kini dan sangat mudah ditemui.

Franz Wilhehm Junghuhn

Wolff Schoemaker. (id.wikipedia.org)

Ir. C.P. Wolff Schoemaker (1892-1945) adalah seorang arsitek Belanda yang berpraktik di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. 

Ia dikenal sebagai salah satu arsitek terkemuka di Indonesia pada masanya, dan banyak menciptakan bangunan-bangunan penting di kota Bandung dan Jakarta.

Wolff Schoemaker lahir di kota Den Haag, Belanda pada tahun 1892. 

Setelah menyelesaikan studinya di Technische Hogeschool Delft, ia pindah ke Hindia Belanda pada tahun 1913 untuk bekerja sebagai arsitek di Batavia (sekarang Jakarta). 

Selanjutnya, pada tahun 1919 ia membuka praktik arsiteknya di Bandung.

Wolff Schoemaker menciptakan banyak bangunan penting di Bandung dan Jakarta pada masa penjajahan Belanda, termasuk Gedung Sate dan Villa Isola di Bandung, serta Hotel des Indes dan Gereja Katedral Jakarta di Jakarta. 

Ia dikenal karena menciptakan bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur modern yang menggabungkan elemen-elemen tradisional Indonesia, seperti bentuk atap limas dan ornamen ukir.

Bangunan-bangunan hasil rancangan Wolff Schoemaker masih banyak yang bertahan hingga kini dan sangat mudah ditemui.